Cobisnis.com – Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) menjadi satu-satunya saham bank digital di Indonesia yang pergerakan harga sahamnya paling stabil dibandingkan bank digital lain atau bank yang diisukan akan menjadi bank digital.
Saat ini harga saham ARTO stabil dilevel Rp10.000 per saham. Bandingkan dengan saham PT BRI Agro Tbk (AGRO) yang bakal dijadikan bank digital oleh induk usahanya Bank BRI yang harga sahamnya terus turun dari level tertinggi Rp1.590, kini menjadi Rp1.055.
Saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) yang baru diakuisisi oleh Chairul Tanjung juga mengalami nasib serupa. Saham BBHI kini bertengger di level Rp1.490, padahal mereka pernah diposisi Rp2.410 per saham. Fluktuasinya seperti naik roller coaster.
Stabilnya kinerja saham ARTO meski sudah naik sangat tinggi tidak terlepas dari kepercayaan investor asing yang terus melakukan akumulasi. Jika melihat dari perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 8 Januari hingga 9 April 2021, investor asing masih terus mengkoleksi saham ARTO.
Tercatat sekuritas asing seperti Credit Suisse Sekuritas Indonesia (CS) menduduki net buy tertinggi dengan nilai mencapai Rp153 miliar. Disusul UBS Sekuritas (AK) yang net buy-nya mencapai Rp85 miliar, kemudian CLSA Sekuritas (KZ) sebesar Rp60 miliar, Macquarie Sekuritas (RX) Rp58 miliar, Yuanta Sekuritas (FS) Rp32 miliar dan Morgan Stanley Sekuritas (MS) Rp21 miliar.
Fenomena naiknya harga saham ARTO menembus rekor tertinggi baru tidak terlepas dari keyakinan para investor yang memandang prospek kinerja Bank Jago akan semakin positif seiring berbagai inovasi, kolaborasi dan sinergi yang dilakukan perseroan.
Bahkan dalam risetnya Morgan Stanley Sekuritas tidak tanggung-tanggung memprediksi saham ARTO bisa menembus level Rp21.000. Meski ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dahulu.
Dalam risetnya Morgan Stanley menyebut kelebihan Bank Jago adalah pada manajemennya yang ditopang tim berpengalaman, sehingga menjadikan Bank Jago sebagai pelopor dalam perbankan digital Indonesia.
Bahkan kolaborasi dengan Gojek juga bakal menguntungkan kinerja perusahaan besutan Jerry Ng tersebut. Tercatat 20 juta pelanggan aktif Gojek bakal menjadi nasabah Bank Jago.
Riset Morgan Stanley
Hasil riset Morgan Stanley diamanini analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada. Dia menilai perkiraan yang dilakukan Morgan Stanley dengan harga saham ARTO diprediksi bisa menembus Rp21.000 cukup realistis.
Reza mengungkapkan, lazimnya perhitungan valuasi konvensional, para Investor saham melihat rasio PER dan PBV. Namun pada dasarnya valuasi juga bisa dengan melihat pertumbuhan kinerja.
Reza mencontohkan, seperti melihat tren pendapatannya naik berapa persen, atau juga dari tren BOPO berapa persen, terlebih lagi posisi CAR bank juga harus diperhatikan kecukupan modalnya. Selain itu juga harus dilihat pertumbuhan kredit yang dikaitkan dengan CAR juga bisa diperhitungkan selain melihat rasio PER dan PBV.
“Dengan pendekatan teknikal dan melihat indikator tertentu bisa dimungkinkan proyeksi Morgan Stanley tersebut,” ujar Reza saat dihubungi di Jakarta (12 April 2021).
Namun dia juga mengatakan masuknya investor sebagai pemegang saham di Bank Jago juga harus dicermati. walaupun yang dapat menentukan valuasi adalah hasil kinerjanya.
“Kita lihat dulu apakah investor masuk sebagai investor portofolio atau ada visi khusus yang membawa nilai tambah tertentu. Tapi sejauh ini belum kelihatan Investor di Bank Jago mau ngapain aja,” tambahnya.
Research Analysts Nomura Tushar Mohata dalam risetnya menilai kekuatan Bank Jago terletak pada bisnis modelnya yang menyasar ekosistem digital dengan mengoptimalkan teknologi. Kolaborasi bank Jago dengan platform digital seperti Gojek akan membuat bank bisa langsung mengakses pembiayaan kepada para pelanggan Gojek dan fintech lainnya.
Nomura dalam risetnya merekomendasikan beli atau buy untuk saham Bank Jago dengan target price Rp13.500.
Beberapa waktu sebelumnya, Jerry Ng mengatakan kolaborasi dengan ekosistem digital akan menjadi game changer. Kolaborasi ini membawa Jago dan ekosistemnya ke level lebih tinggi. “Bank digital dan ekosistem itu akan saling melengkapi. Bank punya kemampuan menghadirkan solusi finansial, sedangkan ekosistem unggul dalam memahami kebutuhan konsumen,” katanya.