Cobisnis.com – Riset terbaru Redhill ASEAN Youth Survey 2020 yang baru-baru ini dirilis menilai peran pemuda Asia Tenggara sebagai pendorong utama perubahan ekonomi, budaya, sosial, dan politik. Studi ini mencoba mengambil gambaran singkat dari aspirasi dan kepedulian kaum muda terhadap pemerintahan, ekonomi, pendidikan, pilihan hidup, dan media.
Riset ini merupakan penilaian lebih dari 2.000 pemuda berusia 18-35 tahun di 8 negara anggota ASEAN. Salah satu kesimpulan riset menunjukkan pemuda Indonesia optimistis dengan pemulihan bangsa, tetapi tetap khawatir dengan situasi sosial ekonomi saat ini.
Memang ada pemuda Indonesia meragukan kemampuan pemerintah menangani pandemi Covid-19 terutama dalam hal ekonomi dan sosial. Namun sebagian besar masih percaya negara pasti akan pulih.
“Indonesia sedang menghadapi beban berat dari Covid-19. Jadi dapat dimengerti bila kaum muda menilai situasi bangsa berada pada titik lemah,” kata CEO Redhill, Jacob Puthenparambil, dalam laporan hasil survei yang diterima Cobisnis.com, Rabu (23 Desember 2020).
Responden percaya masih banyak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki masalah ekonomi dan pemerintahan selama pandemi. Ada upaya yang lebih seimbang terhadap respons penanganan kesehatan – selain perang melawan penyebaran hoax dan disinformasi.
Berikut gambaran hasil survei tersebut:
1. Ekonomi dan Pemerintah
Sekitar 35 persen anak muda Indonesia optimistis perekonomian Indonesia akan pulih pada 2021. Sementara itu, 31 persen percaya akan tetap sama seperti tahun ini dan sepertiga dari 33 persen percaya akan semakin buruk. Dengan adanya fakta 40 persen responden khawatir tentang keadaan ekonomi saat ini, menunjukkan ketidakpastian pada penanganan situasi Covid-19 oleh pemerintah.
Dalam hal penanganan masalah sosial selama krisis, hanya 26 persen yang yakin bahwa pemerintah baik-baik saja. Sebagai catatan, peringkat persetujuan Indonesia sama dengan Thailand dalam pengelolaan masalah sosial, sementara di Malaysia (25 persen), Filipina (16 persen), Myanmar (13 persen) dan Kamboja (2 persen).
2. Pendidikan dan Gaya Hidup
Hampir 90 persen responden Indonesia percaya bahwa sistem pendidikan perlu lebih memberdayakan teknologi karena banyak anak muda harus beradaptasi dengan pembatasan sosial dan pembelajaran jarak jauh akibat pandemi.
Meskipun pergerakan internasional dibatasi sepanjang tahun 2020 dan penyebaran Covid-19 juga terus berlangsung di negara lain, namun 75 persen pemuda Indonesia berusia 18-24 tahun masih ingin melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri.
Di Indonesia, 16 persen responden percaya mereka masih dapat hidup dengan nyaman (di tengah Covid-19) sambil menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi, sementara sepertiga (33 persen) mencapai keseimbangan sampai taraf tertentu.
3. Konsumsi Media
Covid-19 telah meningkatkan ketergantungan orang pada teknologi dan alat digital untuk berkomunikasi, sementara para pemimpin ASEAN telah memprioritaskan untuk memerangi penyebaran berita palsu (hoax), terutama ketika berbagi informasi terkait pandemi.
Ketika responden ditanya tentang kemampuannya untuk menentukan akurasi berita, 24 persen responden di Indonesia sangat yakin bisa melakukannya, sementara 45 persen merasa yakin bisa melakukannya pada tingkat yang lebih rendah.
Sebaliknya, 30 persen dari seluruh responden ASEAN yakin dapat membedakan antara berita valid dan hoax. Sementara itu, 43 persen yakin bisa melakukannya, meski dengan rasa kurang percaya diri.
Generasi muda di Indonesia prihatin dengan upaya pemerintah dalam melawan penyebaran hoax. Di bawah 40 persen setuju upaya pemerintah berhasil, sementara 37 persen tidak puas dengan upaya tersebut. Hanya 23 persen percaya usaha pemerintah memperparah situasi.
Peringkat persetujuan Indonesia cocok dengan temuan survei di tingkat regional – seperti yang terlihat di Malaysia (33 persen), Thailand (25 persen), Filipina (19 persen) dan Kamboja (19 persen). Hanya Singapura (63 persen), Vietnam (60 persen) dan
Myanmar (91 persen) yang mendapat skor tinggi.