SURABAYA, Cobisnis.com – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII menargetkan produksi komoditas tersebut sebanyak 3.601 ton dari areal seluas 10.715 hektare dalam musim panen kopi tahun ini. Sementara persaingan kopi di pasar ekspor kini semakin ketat akibat dipenuhi kopi asal Amerika Latin, India, dan Vietnam dengan harga jual lebih rendah.
Kepala Bagian Non Core Business & Optimalisasi Aset PTPN XII, Nelson Limbong, mengatakan sejumlah kebun kopi milik BUMN tersebut pada Agustus saat ini mengalami puncak panen, setelah bulan lalu memulai awal petik kopi.
“Cuaca tahun ini cukup bagus, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil panen kopi. Ditargetkan panen kopi mencapai 3.601 ton terdiri dari kopi arabika 1.434.500 kg dan jenis robusta 2.167.200 kg,” tuturnya saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Kopi merupakan salah satu komoditas utama yang diusahakan PTPN XII, selain karet, teh, kakao, aneka kayu. Areal kopi yang dikelola BUMN yang berkantor pusat di Jl. Rajawali, Surabaya, tersebut seluas 5.471 ha untuk kopi jenis arabika dan kopi robusta 5.244 ha yang tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Timur.
Komoditas tersebut diorientasikan ke pasar ekspor meliputi Amerika Serikat, Italia, Jerman, dan Jepang, sebagian dipasarkan di dalam negeri.
Menurut Nelson, pasar kopi dunia saat merebaknya virus corona tahun lalu mengalami penurunan, tapi kini sudah mulai ada respon di AS dan Eropa seiring meredanya pandemi Covid-19 di kawasan tersebut. Namun, buyer masih bersikap wait & see karena pengkonsumsian kopi di negara-negara masing-masing belum pulih.
“Persaingan kopi di pasar ekspor pun semakin tajam, produsen kopi asal Brasil, Kolumbia, India, dan Vietnam menggelontor komoditas tersebut dengan harga jual lebih rendah sehingga mampu menarik buyer,” tuturnya.
Kopi Specialty
PTPN XII sendiri telah memiliki mitra dagang di AS, Italia, Jerman, dan Jepang, dimana buyer di negara-negara tersebut meminati kopi produksi PTPN XII karena memiliki specialty yang berbeda dengan komoditas sejenis dari pemasok lainnya.
Limbong menjelaskan kopi arabika hasil panen dari kebun-kebun milik PTPN XII diproduksi melalui pengelolaan teknik budidaya dan diolah secara wet process dan fermentasi. Sedangkan kopi robusta diolah secara wet process dengan memperhatikan sistem manajemen mutu UTZ Certified, GAP (Good Agriculture Practice), dan GMP (Good Manufactured Practice).
Pemrosesan demikian mampu menghasilkan mutu produk dengan karakter spesifik yang mempunyai keunggulan kompetitif sebagai Specialty Arabica Coffee, registered di Amerika Serikat yang dikenal dengan Java Coffee maupun mutu produk kopi robusta sebagai Specialty Robusta Coffee.
Untuk pasokan ke pasar lokal, PTPN XII tidak hanya mendistribusikan dalam bentuk kopi biji, melainkan juga dalam bentuk prosesan (kopi bubuk) yang dikemas berbagai ukuran dan varian yang menarik.
Limbong meyakini pasca pandemi Covid-19 mendatang pasar kopi di dalam negeri akan terdongkrak kembali, setelah kafe dan restoran buka secara normal.
“Pasar lokal tetap menjadi segmen yang menjanjikan, maka kami secara serius me-maintenance pasar lokal dengan baik,” paparnya.
Dia menambahkan, pada 2020 komoditas kopi mengontribusikan 24% terhadap total penjualan komoditas perkebunan PTPN XII yang terealisasi Rp569 milyar. Tahun ini kontribusi komoditas kopi ditargetkan naik menjadi 40% terhadap total penjualan komoditas perkebunan PTPN XII.