JAKARTA, Cobisnis.com – Di balik industri besar dan hiruk pikuk kota, jutaan petani karet di Indonesia masih setia menoreh pohon di pagi hari. Mereka bukan sekadar penyadap getah, tapi penopang ekonomi daerah yang tak tergantikan, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
Meski sering luput dari sorotan, karet tetap jadi komoditas penting di pasar global. Nilai ekspor karet dan produk olahannya mencapai USD 5–6 miliar per tahun, setara sekitar Rp 80–95 triliun. Angka ini menempatkan karet sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar di luar sektor migas.
Kontribusi karet terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional memang tidak setinggi dulu, tapi masih stabil di kisaran 1–1,5 persen. Di sektor pertanian perkebunan, porsinya bahkan mencapai 7–8 persen, menandakan peran vitalnya dalam menjaga keseimbangan ekonomi nasional.
Daerah seperti Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat masih menggantungkan hidup pada karet. Di wilayah-wilayah itu, sektor karet bisa menyumbang 20–40 persen terhadap ekonomi lokal. Uang dari hasil jual getah berputar di desa-desa, jadi penggerak utama ekonomi rakyat.
Menurut data Kementerian Pertanian, ada sekitar 2,5 hingga 3 juta petani karet di Indonesia. Jika dihitung dengan keluarganya, lebih dari 10 juta orang menggantungkan hidup dari sektor ini. Artinya, setiap fluktuasi harga karet dunia bisa langsung terasa di dapur rumah mereka.
Namun, perjalanan sektor karet tidak selalu mulus. Dalam sepuluh tahun terakhir, harga karet dunia cenderung menurun akibat permintaan global yang melambat dan persaingan dari karet sintetis. Banyak petani terpaksa beralih ke sawit karena dinilai lebih menguntungkan.
Pemerintah kini tengah mendorong hilirisasi untuk menambah nilai tambah. Produk-produk seperti ban kendaraan, sarung tangan medis, dan lateks olahan mulai dipacu agar ekspor tidak hanya dalam bentuk bahan mentah. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani dan daya saing nasional.
Di sisi lain, sektor karet juga berperan menjaga lingkungan. Kebun karet rakyat yang terawat baik membantu menyerap karbon, menahan erosi, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Ini menjadikan petani karet bukan hanya penggerak ekonomi, tapi juga penjaga alam.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski tak sebesar sawit atau nikel, karet tetap punya tempat penting dalam struktur ekonomi Indonesia. Ketahanan sektor ini akan sangat bergantung pada inovasi, teknologi, dan dukungan pemerintah dalam memperkuat posisi petani di pasar global.
Di tengah tantangan global dan perubahan iklim, petani karet Indonesia tetap berdiri tegak. Mereka adalah wajah nyata dari ketahanan ekonomi lokal yang terus berdenyut meski sering kali tidak terlihat dari pusat kota.














