Cobisnis.com – Pemerintah sedang mengkaji pemberian stimulus atau rangsangan guna mendorong laju konsumsi rumah tangga, saat pandemi Covid-19 mulai mereda. Selain masyarakat bawah, stimulus tersebut juga menyasar masyarakat menengah atas.
Seperti tertuang dalam desain Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk penanganan dampak Covid-19, stimulus itu juga menyasar masyarakat kelas menengah atas, melalui dukungan sektor pariwisata. Antara lain, diskon tiket, hotel, restoran, hingga voucher makanan lewat aplikasi online.
Untuk rencana program tersebut, pemerintah mengusulkan anggaran sebesar Rp25 triliun. Menggenjot konsumsi masyarakat kelas atas memang menjadi jurus jitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selama ini, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB). Sementara, kelompok masyarakat 20 persen teratas, memegang peranan penting terhadap konsumsi rumah tangga.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga September 2019 lalu, kelompok 20 persen teratas menguasai 45,36 persen pengeluaran secara nasional. Kelompok 40 persen terbawah hanya menguasai 17,71 persen, sementara kelompok 40 persen menengah hanya menguasai 36,93 persen pengeluaran nasional.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, apabila kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diperlonggar pada kuartal III-2020 dengan asumsi penyebaran virus sudah tidak terlalu masif, maka insentif ini akan dijalankan.
Namun, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menegaskan, implementasi dari stimulus tersebut akan sangat tergantung dengan keadaan darurat, serta kapan pandemi Covid-19 ini benar-benar menunjukkan penurunan.
“Kalaupun pariwisata akan dijadikan fokus, pasti tetap dilakukan dengan protokol kesehatan, sehingga tetap belum bisa maksimal,” kata Prastowo, Minggu 17 Mei 2020.
Artinya, meskipun ditargetkan efektif pada kuartal III atau kuartal IV-2020, tetapi implementasinya akan sangat bersifat dinamis, mengikuti pola perkembangan penyebaran virus di dalam negeri.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menilai, apabila kebijakan tersebut diimplementasikan dalam waktu dekat, maka dapat dipastikan tidak bakal berjalan efektif.
“Awareness masyarakat golongan menengah ke atas mengenai pandemi Covid 19 lebih tinggi, sehingga akan lebih rasional dalam hal berwisata jika kesehatan adalah taruhannya,” kata Riza.
Menurutnya, jika kurva penyebaran Covid-19 mulai menurun, kelompok masyarakat ini akan lebih percaya dan merasa aman. Saat itulah, konsumsi mereka akan terkerek naik.