JAKARTA, Cobisnis.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan hilirisasi pertanian menjadi kunci utama dalam meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat perekonomian nasional.
Hal itu disampaikan Amran saat meninjau Yonif Teritorial Pembangunan 843/PYV Cibitung, Bekasi, bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Keuangan, dan Menteri Kesehatan, Rabu, 20 Agustus.
Menurutnya, keterlibatan TNI dengan disiplin yang tinggi menjadi faktor penting dalam memastikan program hilirisasi. Apalagi hilirisasi ini dapat menyerap hingga 1,6 juta tenaga kerja baru dalam tiga tahun ke depan, sekaligus meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP).
“Kita harus masuk ke hilirisasi. Hilirisasi ini bisa mempekerjakan 1,6 juta orang, dengan target tiga tahun. Untuk itu kami butuh kedisiplinan TNI karena menentukan produksi itu disiplin. Dan TNI sudah terbukti menjadi motor percepatan swasembada pangan sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Amran optimistis, hilirisasi pertanian akan memberikan efek berganda (multiplier effect) terhadap perdagangan, industri, hingga lapangan kerja. “Keunggulan kita adalah negara agraris dengan iklim tropis sepanjang tahun. Karena itu, arahan bapak presiden untuk hilirisasi adalah langkah tepat. Dengan disiplin TNI, pengawasan ketat, dan dukungan semua pihak, kita bisa stop impor, dorong ekspor, dan wujudkan Indonesia sebagai bangsa mandiri pangan dan perkebunan,” sambungnya.
Ia menambahkan, hilirisasi tidak hanya berfokus pada pangan pokok, melainkan juga komoditas perkebunan seperti kelapa, kopi, kakao, pala, hingga mente. Produk-produk tersebut dinilai memiliki potensi besar sebagai komoditas ekspor bernilai tinggi.
Amran mencontohkan, luas lahan kelapa yang mencapai 2,8 juta hektare bisa menghasilkan devisa hingga Rp 400 triliun jika diolah melalui hilirisasi. Pasar global, khususnya Tiongkok dan India, disebut telah menunggu produk hilirisasi kelapa asal Indonesia.
“Contohnya kelapa, saat ini luasnya sudah 2,8 juta hektare. Jika dihilirisasi, ekspor kelapa bisa bernilai hingga Rp 400 triliun. Industri ini sudah ditunggu pasar global, khususnya Tiongkok dan India. Maka butuh pengawasan disiplin dari TNI agar tidak ada kebocoran dan bibit palsu,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan pembentukan Batalion Teritorial Pembangunan merupakan strategi penting mendukung swasembada pangan, energi, serta pemenuhan gizi masyarakat.
“Batalion ini pada dasarnya adalah Batalion Infanteri, tetapi dipersiapkan dengan peran tambahan untuk mendukung pembangunan nasional. Model ini akan diterapkan di seluruh Indonesia sebagai bagian dari upaya bersama pemerintah dalam mewujudkan kemandirian pangan dan energi bangsa,” jelas Sjafrie.
Menurut Sjafrie, kolaborasi lintas sektor ini menegaskan bahwa pertahanan negara tidak hanya menyangkut kekuatan senjata, tetapi juga kemampuan bangsa dalam menjaga ketahanan pangan. “Dengan pangan yang kuat, Indonesia akan semakin berdaulat dan disegani di kancah global,” pungkasnya.














