Cobisnis.com-Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut bahwa Alat Pelindung Diri (APD) produksi UMKM binaan kementeriannya telah terkurasi sesuai standar kesehatan sehingga aman digunakan untuk mencegah penyebaran COVID-19.
“Saat ini sudah 150 UMKM binaan telah menjadi mitra, dan produk APD mereka sudah terkurasi sehingga memenuhi standar kesehatan,” kata Teten Masduki dalam keterangannya, Selasa (5/5/2020).
Pihaknya menggandeng industri swasta yang peduli dengan kualitas produksi UKM lokal melalui Karya Nusantara dari PT Daruma, yang telah memiliki izin dan otoritas di bidang perlengkapan kesehatan, untuk menjadi kurator dan pendamping UMKM produsen APD.
Ke depan, Teten mengatakan, sudah ada 300 UMKM yang sedang mengajukan untuk menjadi pemasok APD yang produknya akan segera diseleksi. Mereka tersebar di berbagai daerah, terutama terbanyak di Pulau Jawa.
Teten mendorong lebih banyak UMKM untuk beralih memproduksi APD, khususnya masker kain sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19, sekaligus mempertahankan UMKM agar tetap produktif di tengah masa pandemi.
“Kebutuhan APD kami lihat sebagai suatu peluang bisnis bagi UMKM dan koperasi yang selama ini terdampak COVID-19, yang mengalami kesulitan pembiayaan karena penghasilan menurun; sehingga sekarang kami ajak UMKM untuk banting setir,” katanya.
Pihaknya bahkan menggelar pelatihan secara daring bagi UMKM untuk membuat APD, khususnya masker kain atau masker nonmedis, yang juga menjadi upaya untuk menekan permintaan pasar akan masker medis. Dengan begitu, pasokan masker medis tetap terjaga dan terprioritaskan bagi para tenaga medis dan pasien yang membutuhkan.
“Kami berupaya untuk menghubungkan UMKM dengan pemasok bahan baku dan menghubungkan mereka dengan pasar,” jelas Teten.
Selain berperan sebagai kurator dan pengendali kualitas produk, Karya Nusantara sekaligus membantu membuka pasar bagi UMKM pembuat produk-produk APD yang meliputi hazmat kit, pelindung wajah, masker kain, sarung tangan, dan pelindung kaki.
Pihaknya mengidentifikasi banyak UMKM yang saat ini melakukan shifting usaha dari yang semula bergerak di bidang konveksi, termasuk produsen bendera, banting setir ke produksi masker kain atau APD.
“Skema yang kami lakukan yakni memetakan UMKM berdasarkan info yang masuk; lalu kita identifikasi dengan melibatkan dinas dan asosiasi, dan setelahnya melakukan kurasi,” kata Teten. “Kami bekerja sama dengan Kimia Farma untuk distribusi, juga dengan PKBL BRI. UMKM yang memenuhi syarat kualitas dapat melanjutkan ke produksi APD, yaitu hazmat, pelindung wajah, masker, pelindung kaki, dan sarung tangan,” imbuhnya.
Ia optimistis UMKM bisa memproduksi lebih banyak APD sepanjang pasokan bahan baku juga memadai.