JAKARTA, COBISNIS.COM – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin resmi meluncurkan portal SatuDNA sebagai kelanjutan dari program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi), yang saat ini memasuki tahun kedua.
Dalam pernyataannya, Menkes menjelaskan bahwa penerapan teknologi genomik dalam bidang kesehatan akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia, terutama dalam membangun basis data kesehatan yang lebih komprehensif.
Menurutnya, dengan adanya data demografi, klinis, dan genomik dari 280 juta penduduk, Indonesia akan memiliki berbagai peluang untuk memanfaatkan analisis big data di sektor kesehatan.
Menkes juga menyinggung perkembangan program BGSi yang telah berhasil mengumpulkan sekitar 9.000 data klinis dalam dua tahun pelaksanaannya. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.000 data sudah melalui proses penghitungan genome sequence, dan 4.500 data telah dianalisis.
Menkes menargetkan bahwa pada akhir tahun 2024, 10.000 data genomik akan terkumpul, dan dalam lima tahun mendatang, diharapkan jumlahnya mencapai 100.000 data genomik.
Budi menyebutkan bahwa informasi genomik individu di Indonesia akan sangat berguna untuk meningkatkan ketepatan diagnosis serta pengobatan. Menurutnya, data genome sequence yang dianalisis dapat digunakan sebagai dasar untuk diagnostik dan pengobatan yang lebih presisi di masa depan.
Dalam acara bertajuk “Future Directions in Genomics: Setting the Agenda for the Next Decade” yang digelar di Jakarta, Menkes menjelaskan bahwa di bidang kesehatan, tugas utama adalah memeriksa (diagnostik) dan mengobati (terapeutik).
Lebih lanjut, Menkes juga menyoroti pentingnya tiga infrastruktur utama dalam mendukung platform teknologi genomik ini, yaitu bio bank (tempat menyimpan sampel genom), bio sequence capacity (kapasitas untuk menghitung dan mengolah data genomik), serta bioinformatic (hasil analisis data genomik).
Meski demikian, Menkes menekankan bahwa yang tak kalah penting adalah keberadaan para peneliti yang mengoperasikan infrastruktur tersebut.
Selain itu, Menkes menjelaskan bahwa riset program BGSi dilakukan di 10 rumah sakit vertikal yang berfokus pada 10 penyakit utama, termasuk kanker, penyakit metabolik, infeksi, penyakit neurodegeneratif, kardiovaskular, kesehatan lansia, kecantikan dan kebugaran, kesehatan mental, kesehatan ibu dan anak, serta penyakit langka.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Rizka Andalucia, menjelaskan bahwa salah satu pemanfaatan data genomik dalam bidang kesehatan adalah untuk menentukan kecocokan obat bagi individu. Rizka menambahkan, informasi genomik dapat membantu mengetahui apakah seseorang memiliki resistensi terhadap obat tertentu, sehingga dokter bisa meresepkan obat yang lebih tepat.
Ia memberi contoh bahwa farmakogenomik akan digunakan untuk melihat kecocokan antara gen seseorang dengan obat tertentu, yang bisa diakses melalui aplikasi SatuDNA.
Masyarakat yang ingin menjadi partisipan SatuDNA dapat mengikuti layanan pemeriksaan farmakogenomik secara gratis untuk mengetahui kesesuaian pengobatan berdasarkan DNA mereka. Layanan ini terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik yang memiliki kondisi kesehatan tertentu maupun yang sehat.
Pendaftaran dapat dilakukan melalui fitur SatuDNA di aplikasi SATUSEHAT Mobile, setelah akun mereka diverifikasi. Setelah memenuhi syarat, partisipan bisa menjadwalkan pengambilan sampel darah untuk analisis genetik di rumah sakit yang tergabung dalam jejaring Hub BGSi. Hasilnya akan diakses secara digital melalui aplikasi tersebut.