JAKARTA, Cobisnis.com – Indonesia mengikuti kompetisi kuliner terbesar dan paling bergengsi di dunia, yaitu Bocuse d’Or, yang selenggarakan di Lyon, Perancis, pada 26 – 27 September mendatang.
Bocuse d’Or dianggap sebagai ‘olimpiade’ di bidang kuliner, yang akan mempertandingkan 24 chef terbaik dunia yang sudah lolos seleksi melalui kompetisi tingkat regional. Delegasi Indonesia sendiri akan mengangat tema layers of Indonesia, yang mencerminkan topografi Desa Jatiluwih, Bali, sekaligus mencerminkan keberagaman cita rasa Indonesia ke mancanegara.
Selain mendorong bidang ekonomi kreatif melalui subsektor kuliner, delegasi Indonesia juga berupaya mempromosikan pariwisata, budaya, dan keindahan Indonesia melalui video presentasi yang akan ditayangkan.
Partisipasi Indonesia diajang tersebut tentunya didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) serta PT. Time Internasional.
“Keikutsertaan Indonesia ini adalah sarana untuk soft power dan brand awareness, karena kita tahu bahwa negara kita memiliki 50 persen bumbu dan bahan makanan dunia. Kuliner Indonesia memiliki kekuatan dan potensi untuk lebih dikenal di dunia. Dengan keragaman kulinernya, dimana terdapat kurang lebih 5.300 masakan khas nusantara. Indonesia kaya akan kesempatan untuk memilih representasi diri terbaik melalui cita rasa di lidah kepada bangsa lain di dunia,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, Senin (30/8/2021).
Menurut data yang dihimpun dari Outlook Pariwisata 2020/2021, tercatat bahwa subsektor kuliner menyumbang sekitar 40,13 persen atau setara dengan Rp455,55 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2020.
Sementara proyeksi jumlah pekerja di subsektor kuliner tahun 2021 sekitar 9,4 juta orang. Oleh karena itu, Kemenparekraf memiliki tanggung jawab untuk terus meningkatkan dan mengembangan subsektor kuliner.
Kemenparekraf sendiri memberikan dukungan fasilitasi kepada delegasi Indonesia seperti penyewaan peralatan alat masak, pembuatan konten, publikasi melalui key opinion leader, press conference, dan biaya perjalanan dan akomodasi selama bertanding di Perancis.
Indonesia sendiri akan diwakili oleh chef Mandif Warokka dan Muhammad Lutfi Nugraha. Seperti diketahui, Chef Mandif bukanlah wajah baru dalam kompetisi kuliner internasional. Ia pernah beberapa kali bertanding di panggung internasional dan mendapatkan medali emas dalam ajang Salon Culinaire Dubai pada 2005.
Tim Indonesia akan dilatih oleh Chris Salans, chef dan juga pemilik restoran fine dining Mozaic di Ubud Bali, serta Chef Gilles Marx selaku Presiden Bocuse d’Or Indonesia.
“Saya berharap tentunya keikutsertaan ini akan memperkuat subsektor kuliner kita di mata dunia dan harapannya sesuai dengan program Indonesia Spice Up The World bahwa kita juga dapat meningkatkan ekspor kuliner kita hingga Indonesia menjadi destinasi kuliner dunia yang berdaya saing, berkualitas, dan berkelanjutan lingkungan,” ujar Menparekraf.
Menparekraf juga berpesan kepada delegasi Indonesia yang akan berangkat untuk tetap menjaga dan mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan disiplin, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, karena pandemi belum usai.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, menambahkan perhelatan Bocure d’Or merupakan salah satu upaya Kemenparekraf untuk menjaga sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia tetap menjadi top of mind wisatawan mancanegara, sebelum perbatasan Indonesia dibuka.
“Ini adalah cara yang paling tepat, paling tidak memberikan inspirasi dulu. Bukankah ada pepatah bahwa cinta dimulai dari perut, jadi saya kira cara yang tepat, disaat pandemi untuk membuat wisatawan lebih jatuh cinta kepada Indonesia,” ujarnya.
Chef Mandif Warokka mengatakan ajang ini merupakan sebuah kesempatan untuk membuktikan bahwa chef Indonesia mampu bersaing dengan chef kelas dunia lainnya.
“Kami ingin memperlihatkan di kompetisi ini kualitas dan keragaman cita rasa Indonesia. Dari inspirasi rasa sampai aneka bahan baku. Indonesia dianugerahi kekayaan alam dari laut hingga darat, inilah yang ingin kami representasikan dalam hidangan-hidangan yang sudah kami rancang. Jadi melalui makanan kami, para juri dan mereka yang hadir dapat setidaknya melihat Indonesia,” kata Chef Mandif.
Yang menarik dari ajang Bocuse d’Or ini adalah adanya poin penilaian yang berkaitan dengan waste management. Jadi bagaimana para chef ini mampu memaksimalkan bahan-bahan yang mereka gunakan.
“Misalkan kita menggunakan 70 picies prawn, semua bagian harus terpakai, mulai dari kepala hingga ekor. Diusahakan tidak ada bagian yang terbuang,” pungkasnya.