Cobisnis.com – Platform Peer to Peer (P2P) Lending Akseleran berhasil mencatat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang stabil di tengah masih mewabahnya pandemi covid19.
“Hingga pertengahan Maret 2020, rasio NPL Akseleran tercatat berada di angka 0,73% dari total penyaluran pinjaman usaha dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,76%,” kata Ivan Tambunan, CEO & Co-Founder Akseleran di Jakarta, Senin 20 April 2020
Dia mengatakan, Akseleran tetap berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman usaha kepada setiap penerima pinjaman (borrower) yang memang layak memperoleh pinjaman usaha sekaligus mendukung mereka di saat kondisi sulit seperti sekarang ini.
Menurut Ivan, tidak semua platform P2P Lending yang melakukan langkah Akseleran tersebut dan tetap menjalankan langkah-langkah strategis dalam mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah.
“Pada prinsipnya, selama setiap borrower memang layak untuk memperoleh pinjaman usaha dengan sejumlah kategori, misalnya arus kas mereka masih baik dan bisnisnya tetap berjalan baik maka kami tetap mendukung kelangsungan bisnis usaha setiap borrower. Saat ini, kami sudah menyalurkan total pinjaman usaha sebesar lebih dari 1,1 triliun rupiah,” ujarnya.
Tetap rendahnya rasio NPL Akseleran, dia menjelaskan, karena pihaknya melakukan tiga langkah strategis. Pertama, terangnya, Akseleran melakukan pengetatan dalam penilaian kredit terhadap calon borrower termasuk melakukan penilaian menyeluruh tentang dampak pandemi Covid-19 pada bisnis borrower yang bersangkutan.
Kedua, pemantauan portofolio yang berkelanjutan, dan ketiga, penerapan asuransi kredit yang berkelanjutan.
“Kami optimistis dapat tetap menjaga rasio NPL di bawah 1% hingga akhir tahun 2020,” ucapnya tandas.
Pada prinsipnya, Akseleran tetap melakukan penagihan terhadap borrower dan penting untuk dipahami bahwa pinjaman melalui platform P2P Lending seperti Akseleran merupakan kesepakatan perdata antara pemberi pinjaman (lender) dan peneriman pinjaman (borrower) sehingga jika ada perubahan ketentuan-ketentuan di dalamnya tetap tunduk pada ketentuan dalam persetujuan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman terkait,” ungkap Ivan.
Selain itu, dia menyampaikan, 90% pinjaman di Akseleran berbentuk invoice dan pra invoice financing di mana sumber pembayaran pinjaman sudah jelas yang berasal dari pembayaran invoice terkait. Hal positifnya bagi Akseleran, kata dia, sejauh ini secara portofolio tidak ada borrower Akseleran yang bergerak di sektor pariwisata dan hanya kecil persentasenya yang bergerak di sektor perdagangan atau bisnis manufaktur yang terhubung dengan pemasok atau customer dari negara asing yang terdampak pandemi covid19.
Sebagian besar sektor bisnis borrower berasal dari konstruksi, minyak dan gas, dan pertambangan di mana semuanya berbasiskan invoice financing dan pra invoice financing yang sudah jelas pembayarannya dari mana sehingga tidak terlalu terdampak oleh covid19.
“Untuk pengajuan permintaan pinjaman ke Akseleran juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan di pertengahan Maret 2020 yang tumbuh hingga 97% dibandingkan pertengahan Januari 2020,” pungkas Ivan.