JAKARTA, Cobisnis.com – PT Phapros Tbk optimistis Indonesia jadi pemain utama obat herbal di dunia. Karena itu Perseroan siap mengembangkan obat-obatan jenis herbal fitofarmaka dibandingkan obat kimia. Hal ini karena terdapat ceruk pasar besar dalam minat masyarakat untuk menggunakan pengobatan dari tanaman-tanaman yang ada di sekitar.
“Ada potensi pengembangan obat herbal di Indonesia. Karena didukung perilaku masyarakat kita yang sebagian besar lebih memilih pengobatan secara tradisional, yang memanfaatkan bahan-bahan yang bisa diperoleh di alam sekitar daripada menggunakan obat kimia,” ujar Direktur Utama Phapros, Hadi Kardoko di Jakarta (18/11/2021).
Menurutnya pengembangan obat herbal fitofarmaka masih sangat sedikit di Indonesia. Karena terdapat berbagai tantangan. Beberapa tantangannya adalah sumber daya alam tumbuhan yang belum dikelola secara optimal, biaya riset yang besar dan proses riset yang lama, dan harga jual produk herbal yang seringkali lebih mahal dari produk kimia. “Kami memanfaatkan obat bahan alam dengan memiliki 2 dari 23 produk obat herbal fitofarmaka yang memiliki izin edar dari BPOM RI,” jelasnya.
Saat ini dengan adanya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan dibentuknya satgas Percepatan Pengembangan dan Peningkatan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka oleh BPOM. “Hal ini diharapkan nantinya pengembangan obat fitofarmaka di Indonesia bisa kian terarah dan dapat dilakukan secara masif,” sambung Hadi.
Perseroan memiliki obat Tensigard yang diformulasikan sebagai anti hipertensi dengan komposisi ekstrak seledri (Apium graveolens) 75 persen dan ekstrak kumis kucing (Orthosiphon stamineus) 25 persen.
Selain itu, ada pula X-Gra yang berfungsi meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh pada pria, memperbaiki kualitas sperma serta mengatasi masalah ejakulasi dini.
Terbuat dari ekstrak Ganoderma lucidum (jamur Ling Zhi), ekstrak Eurycomae radix, ekstrak ginseng, ekstrak Retrofracti fructus (lada hitam) dan Royal jelly.
Sementara data LIPI di tahun 2020 mengatakan Indonesia merupakan negara dengan megabiodiversitas terbesar keempat di dunia yang memiliki lebih dari 29.000 jenis tanaman, di mana 2.484 diantaranya adalah tanaman obat.
Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia ini juga sudah dimanfaatkan industri farmasi untuk membuat obat herbal fitofarmaka atau yang kini juga dikenal dengan sebutan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), yakni obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.