JAKARTA, Cobisnis.com – PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I Tengah melakukan upaya restrukturisasi finansial dan operasional. Langkah tersebut diambil karena perseroan memiliki beban utang senilai Rp32,7 triliun. Namun, Direktur Keuangan AP I Andy Bratamihardja mengatakan bahwa AP I memiliki sejumlah piutang, salah satunya dari maskapai penerbangan.
“Per 30 November ini kita di angka Rp900 miliar total (piutangnya). Di mana maskapai penerbangan 41 persen atau sekitar Rp370 miliar,” katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 8 Desember kemarin.
Lebih lanjut, Andy mengatakan 59 persen sisanya merupakan piutang dari mitra-mitra AP I. Seperti salah satunya tenant yang menyewa tempat di bandara kelolaan AP I.
“Sisanya itu kebanyakan dari mitra-mitra kita, tenant dan lain-lain yang menempati tempat kita, membayar sewa dan lain-lain. Itu juga menjadi piutang porsinya lebih besar dari airlines justru,” ucapnya.
Andy memastikan bahwa saat ini pihaknya memiliki kesepakatan dengan sejumlah maskapai yang memiliki utang dengan Angkasa Pura I.
“Alhamdulillah dengan teman-teman airlines hari ini juga kita sudah ada kesepakatan untuk penyelesaiannya,” tuturnya.
Dalam kesepakatan tersebut, kata Andy, memberikan waktu kepada maskapai untuk melunasi pembayaran utang sebelum akhir 2022. Khususnya utang yang terjadi selama masa pandemi COVID-19.
“Kita sudah tanda tangan kesepakatan dengan yang besar-besar (maskapai) dan insyaallah bisa semuanya realisasi juga rencana penyelesaiannya. Jadi kami tidak ekspektasi lewatnya dari 2022 penyelesaiannya,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I buka-bukaan mengenai kondisi utang perusahaan yang besar ditambah dengan dampak dari pandemi COVID-19. Hingga November 2021 utang perseroan tercatat sebenarnya hanya mencapai Rp28 triliun lebih rendah daripada diberitakan sebelumnya sebesar Rp35 triliun. Namun, kondisi ini memiliki potensi memburuk.
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan total utang perseroan Rp28 triliun. Namun, selain itu AP I juga memiliki kewajiban yang harus dibayarkan kepada karyawan dan supplier yang nilainya mencapai Rp4,7 triliun.
“Memang kita ada kewajiban lain seperti kewajiban kepada karyawan kewajiban ke supplier itu Rp4,7 triliun. Sehingga total kewajiban kita sekitar Rp32,7 triliun namun kewajiban kita kepada kreditur dan investor itu sekitar Rp28 triliun per November 2021,” tutur Faik.