JAKARTA, COBISNIS.COM – Produsen kontainer makanan asal Amerika Serikat, Tupperware, secara resmi mengajukan kebangkrutan Chapter 11 pada Selasa (17/9/2024). Sebelumnya, pada Agustus 2024, perusahaan ini sudah menunjukkan keraguan atas kemampuannya untuk mempertahankan bisnis.
Ironisnya, saat pandemi Covid-19, penjualan Tupperware sempat melonjak karena meningkatnya tren memasak di rumah. Namun, kondisi ini berbalik dan perusahaan akhirnya mengalami kesulitan.
Kepala Eksekutif Tupperware, Laurie Goldman, menjelaskan bahwa kerugian yang dialami perusahaan disebabkan oleh turunnya permintaan pasar terhadap produk mereka. Permintaan terhadap wadah makanan berwarna-warni yang menjadi ciri khas Tupperware terus menurun, meskipun sebelumnya sempat mengalami peningkatan selama masa pandemi. Selain itu, kenaikan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku seperti resin plastik setelah pandemi juga memberikan tekanan besar pada operasional perusahaan.
Laurie menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kondisi keuangan perusahaan sangat terdampak oleh tantangan ekonomi makro yang cukup berat. Upaya untuk memulihkan kondisi bisnis telah dilakukan selama bertahun-tahun, namun penurunan penjualan yang konsisten selama beberapa kuartal membuat situasi semakin sulit.
Menurut laporan CNN, pada April 2023, Tupperware sudah memberi sinyal akan mengajukan kebangkrutan. Saat itu, mereka menyatakan bahwa perusahaan tidak akan mampu melanjutkan operasinya tanpa menemukan tambahan keuntungan.
Pada 2024, Tupperware bahkan menutup satu-satunya pabrik di South Carolina, AS, yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 148 karyawan. Saham perusahaan juga mengalami penurunan drastis hingga 74,5 persen pada tahun yang sama, dengan harga terakhir diperdagangkan hanya 51 sen.