JAKARTA, Cobisnis.com – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan kinerja positif untuk Semester 1 tahun 2021. Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebanyak Rp1,8 triliun atau naik 38% dibanding periode serupa di tahun lalu yang senilai Rp1,3 triliun.
Pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan sebesar Rp 10,3 triliun, meningkat 14% dari capaian di periode serupa tahun lalu Rp 9,0 triliun.
Jumlah total aset perusahaan pun menorehkan kenaikan 10% hanya dalam 3 bulan, dari Rp 24,5 triliun per 31 Maret 2021 menjadi Rp 27,0 triliun pada akhir semester I-2021.
Kenaikan kinerja ini seiring dengan pemulihan ekonomi global maupun nasional yang mendorong naiknya permintaan atas batu bara. Disertai dengan kenaikan harga batu bara yang signifikan hingga menyentuh level US$ 134,7 per ton pada 30 Juni 2021.
Produksi 2021
Total produksi batu bara PTBA selama semester I-2021 mencapai 13,3 juta ton dengan penjualan sebanyak 12,9 juta ton. Perseroan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 25 juta ton pada 2020 menjadi 30 juta ton pada 2021.
PTBA memastikan kegiatan operasional pertambangan dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat, sehingga aktivitas produksi dan penjualan dapat berjalan optimal dan aman.
Progres Proyek Pengembangan
Gasifikasi Batu Bara
Terbitnya Perpres 109 tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo, menjadikan 2 (dua) proyek PTBA masuk kembali menjadi PSN (Proyek Strategis Nasional), yang pertama Hilirisasi Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan yang kedua, Kawasan Industri – Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) – Tanjung Enim.
PTBA, Pertamina, dan Air Products & Chemicals Inc (APCI) menandatangani amandemen perjanjian kerja sama pengembangan Dimethyl Eter (DME) yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat, dan disaksikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Pengolahan DME yang menjadi bagian dari kerjasama pengembangan DME tersebut.
Proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar USD 2,1 miliar atau setara Rp 30 Triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan
Kerja sama ini menjadi portofolio baru bagi perusahaan yang tidak lagi sekadar menjual batu bara, tetapi juga mulai masuk ke produk-produk hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah.
PLTU Mulut Tambang Sumsel-8
PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2×620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai US$ 1,68 miliar. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP).
PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara pertahun ini telah mencapai penyelesaian proyek sebesar 88,15% per Juli 2021. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal I- 2022.
Pengembangan PLTS
Ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan juga mulai bergulir. Salah satu bukti yakni Commercial Operation Date (CoD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (Persero). PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020.
PTBA berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan paska tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin-Sumatera Barat, Tanjung Enim-Sumatera Selatan, dan Bantuas-Kalimantan Timur.
Masing-masing lahan paska tambang akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW. Saat ini PLTS sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP) dan ditargetkan masuk pada 2022
Pengembangan Kapasitas Angkutan Batu Bara dengan Pelindo II
PTBA menandatangani Head of Agreement (HoA/Perjanjian Induk) dengan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk pengembangan kapasitas angkutan batu bara dan/atau komoditas lainnya melalui sungai dan pelabuhan di Sumatera Selatan.
Kerjasama pengembangan angkutan batu bara ini dilakukan untuk menyukseskan tujuan pembangunan koridor ekonomi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional.
Proyek Angkutan Batu Bara
PTBA bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 72 juta ton/tahun pada tahun 2026, termasuk jalur baru yang terdiri dari:
Tanjung Enim – Arah Utara: Dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun, beserta fasilitas dermaga baru Kramasan yang dibangun oleh PT KAI dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024; di samping itu kapasitas angkut 5 juta ton per tahun telah berhasil dioperasikan pada Dermaga Kertapati sejak Triwulan I-2020 dan akan ditingkatkan menjadi kapasitas 7 juta Ton pada Q4 tahun 2021.
Tanjung Enim – Arah Selatan: Tarahan-1, pengembangan kapasitas jalur eksisting menjadi 25 juta ton/tahun (COD Q2 tahun 2021). Untuk mendukung kerja sama pasokan batu bara jangka panjang ke PT PLN (Persero), maka dilakukan pengembangan angkutan batu bara ke arah Perajen sebagai pengganti pengembangan angkutan batu bara ke Tarahan-2 dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan direncanakan beroperasi pada Q3 tahun 2026