JAKARTA,Cobisnis.com – Pertamina menggandeng ExxonMobil untuk mengkaji penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) di tiga wilayah lapangan migas.
Ketiga wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Barat
Kesepakatan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil ini diwujudkan melalui Joint Study Agreement (JSA) sebagai tindak lanjut dari MOU yang ditandatangani kedua belah pihak pada COP 26 tahun lalu di Glasgow.
JSA ditandatangani Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President of ExxonMobil Indonesia Irtiza H. Sayyed, di Amerika Serikat.
Penandatanganan kesepakatan ini disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan investas, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, kerja sama ini merupakan jawaban bagi beberapa negara maju yang ragu melihat negara berkembang seperti Indonesia, dalam membuat kebijakan terkait dengan masalah tentang perubahan iklim.
“Kami sangat hati-hati memperhatikan kebijakan yang satu ini. seperti masalah reservoir yang menipis merupakan masalah yang sangat penting sebagai salah satu target kami karena industri terintegrasi di Kalimantan yang menggunakan reservoir yang habis di suatu tempat di Kalimantan timur sehingga kami dapat menyuntikkannya ke reservoir yang menipis,” kata Luhut dalam keterangan tertulis kepada media, Selasa 17 Mei.
Luhut mengatakan, pemerintah akan mendukung Pertamina dan ExxonMobil melakukan investasi dengan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan.
Menurut dia, ExxonMobil telah berinvestasi di Indonesia selama beberapa dekade, dan Pemerintah Indonesia menyambut baik untuk penambahan investasi ini.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, sebagai BUMN energi, Pertamina terus berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan mencapai target penurunan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030.
Pertamina mendukung target pemerintah mewujudkan Indonesia Net Zero Emission, melalui berbagai inisiatif yang dijalankan perseroan.
“Penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) menjadi inisiatif penting menurunkan emisi sekaligus sebagai solusi untuk penerapan teknologi Enhance Oil/Gas Recovery (EOR/EGR) untuk meningkatkan produksi migas,” ujar Nicke.
Penerapan teknologi CCS dan CCUS, imbuh Nicke, diharapkan akan berperan penting dalam menurunkan gas rumah kaca di atmosfer, yang berkontribusi terhadap pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Sektor energi memang berkontribusi paling besar terhadap emisi GRK sehingga transisi ke energi berkelanjutan sebagai tantangan paling mendesak yang kita hadapi saat ini,” imbuh Nicke.
Nicke menambahkan, Indonesia memegang Kepresidenan G20 dengan memprioritaskan transisi ke energi berkelanjutan sebagai salah satu isu utama.
Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada KTT G20 di Italia akhir tahun lalu, negara-negara anggota G20 dan para pelaku usaha harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan bahu membahu dengan prinsip ketahanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan.
Pada kesempatan tersebut, President of ExxonMobil Low Carbon Solutions, Joe Blommaert menegaskan, kerja sama ini merupakan langkah maju lainnya bagi kedua perusahaan dan menempatkan Indonesia menjadi CCS Hub potensial untuk Asia Tenggara dan memainkan peran utama dalam mendukung pengurangan emisi dari sektor yang sulit untuk menghilangkan karbon.
Kesepakatan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil ini akan berlangsung selama 2 tahun.
Kerja sama tersebut juga memungkinkan untuk membangun penyimpanan pusat CCS/CCUS regional, menemukan area pemulihan minyak dan gas yang ditingkatkan dan pembangkit hidrogen biru.
“Pengembangan teknologi CCS & CCUS sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan Environment, Sustainability, & Governance (ESG) di semua lini bisnis perusahaan, untuk mendorong keberlanjutan bisnis di masa depan,” pungkas Nicke.