Cobisnis.com – Pemerintah Kota Tegal bersama PT Trinseo Materials Indonesia dan PT Kemasan merealisasikan program “Yok Yok Ayok Daur Ulang!” yang didukung berbagai organisasi seperti Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik Indonesia (INAPLAS); Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI); Ikatan Pemulung Indonesia (IPI); serta Responsible Care Indonesia.
Setelah peresmian pusat daur ulang sampah di kelurahan Mintaragen pada 24 Februari 2021, Pemerintah Kota Tegal aktif mengajak masyarakat dan pemerintah di kota-kota lain untuk turut serta menjalankan program pengelolaan dan daur ulang sampah, terutama sampah plastik.
Volume sampah yang tidak terkelola dengan baik dan banyaknya sampah yang berakhir di TPA masih menjadi permasalahan yang disebabkan oleh belum adanya optimalisasi dalam mengelola dan mendaur ulang sampah plastik di negeri ini.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Pemerintah Kota Tegal, tercatat setiap harinya warga Kota Tegal menghasilkan hingga 250-ton sampah, 30% diantaranya merupakan sampah plastik, sebesar 214-ton total timbunan sampah, serta 16-ton volume sampah anorganik.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 10-ton volume sampah dapat dikelola menjadi kompos di TPST/TPS 3R, serta 10-ton akan diolah menjadi briket sebagai substitusi batu bara.
“Kota Tegal menargetkan program ini juga dapat dilaksanakan pada tingkat rumah tangga […] Melalui edukasi yang tidak pernah putus, kami memaparkan kegiatan-kegiatan daur ulang sampah, misalnya cara mendaur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan,” kata Wakil Walikota Tegal, Muhammad Jumadi.
Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa produk ramah lingkungan merupakan produk yang dapat terurai secara alami, sehingga hal ini menggiring masyarakat berasumsi bahwa produk yang tidak dapat terurai secara alami merupakan produk yang tidak ramah lingkungan.
Wahyudi Sulistya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) mengatakan masyarakat tidak bisa mengandalkan alam atau lingkungan untuk mengurai sampah plastik.
“Mulai dari diri sendiri, bisa dari skala rumah tangga. Pada kondisi seperti sekarang, masyarakat harus belajar untuk mengelola, memilah-milah jenis sampah dan juga mendaur ulang sampah plastik untuk turut mendorong ekonomi sirkular,” ujarnya.
Hery Yusamandra, Program Manajer dari Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), menjelaskan bahwa saat ini teknologi sudah semakin canggih dengan ketersediaan mesin yang dapat mengolah sampah plastik dalam waktu yang singkat menjadi produk baru, misalnya briket melalui mesin predator sampah yang sudah dijalankan oleh pusat daur ulang sampah plastik Kota Tegal.
Responsible Care Indonesia (RCI), sebagai salah satu organisasi pendukung program “Yok Yok Ayok Daur Ulang!” yang diwakili oleh Edi Rivai, Chairman dari Responsible Care Indonesia memaparkan tujuan ekonomi sirkular melalui upaya pengelolaan dan daur ulang sampah.
“Ekonomi sirkular bertujuan untuk memaksimalkan siklus penggunaan material untuk meminimalisir produksi sampah dengan recovering dan menggunakan kembali berbagai macam produk dan material berulang kali secara sistematik.”
Edi menjelaskanpenerapan pengelolaan dan daur ulang sampah plastik di Indonesia memiliki berbagai tantangan, mulai dari hal teknis dimana penggunaan multi-material membuat sulit untuk didaur ulang, infrastruktur yang masih minim, kebiasaan konsumen yang masih buruk, dan juga regulasi pemerintah kontra produktif.
Maka dari itu, implementasi daur ulang sampah bisa dimulai dari pemilihan sampah yang berasal dari sumbernya.
Implementasi Zero Waste Office Management pada Head Office dan Pabrik bisa dilakukan untuk mengurangi sampah yang tidak terkelola dan kemudian menumpuk di TPA. Sampah yang telah terpilah akan dikumpulkan dan dikelola secara terpisah sesuai dengan jenis material masing-masing.
“Adapun sistem ini telah dijalankan oleh salah satu anggota RCI dan tercatat bahwa pada periode Januari – September 2020 berhasil mengurangi sampah sebanyak 53% ke TPA,” jelas Edi.