Cobisnis.com – Kementerian Perdagangan terus menyusun strategi perdagangan yang lebih baik untuk tahun mendatang. Guna memulihkan perekonomian, Kemendag fokus menjaga konsumsi dan pasar di
dalam negeri dengan terus bangga produk buatan Indonesia, serta meningkatkan keterlibatan
Indonesia dalam rantai pasok global.
“Sebagai negara besar, maka menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri adalah salah satu langkah tepat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, keterbukaan dan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global juga menjadi keharusan,” kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam webinar yang digelar Himpunan Mahasiswa Ekonomi dan Studi Pengembangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Sabtu (28 November 2020).
Menjaga pasar utama dan terus membuka akses pasar baru di negara-
negara nontradisional adalah langkah yang akan terus dilakukan agar produk-produk Indonesia semakin berdaya saing dan mendunia. Indonesia, kata Mendag, harus siap berpacu dalam perdagangan dunia terutama menghadapi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
IMF mengungkapkan, perdagangan dunia pada 2020 diperkirakan terkontraksi 10,4 persen. Namun, pada 2021, perdagangan dunia diprediksi lebih baik dan tumbuh 8,3 persen dengan kontribusi terbesar dari negara berkembang.
“Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai tatanan, termasuk dalam perdagangan dunia dan bisnis, mulai dari sistem produksi, komoditas unggulan, hingga sistem logistik,” ujar Mendag Agus.
Tantangan dan Peluang
Mendag Agus menuturkan tantangan perdagangan yang dihadapi saat ini antara lain perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global, proteksionisme perdagangan dan meningkatnya hambatan perdagangan, kerja sama perdagangan antaranegara, serta potensi defisit neraca perdagangan dan resesi ekonomi.
Sedangkan, peluang perdagangan yang harus segera dimanfaatkan adalah pertumbuhan nilai perdagangan produk potensial baru, relokasi pusat-pusat industri dan investasi global, transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi yang kian masif, serta pemanfaatan potensi pasar di
kawasan potensial.
Mendag Agus juga menjabarkan sejumlah respons kebijakan strategis Kemendag seperti larangan sementara impor binatang hidup dari Tiongkok yang dilakukan sejak Februari 2020; realokasi dan refocusing anggaran, termasuk program bantuan untuk pasar rakyat dan UMKM; stimulus ekonomi
nonfiskal; pengamanan ketersediaan alat kesehatan, seperti masker dan alat pelindung diri (APD); serta stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan pokok.
Kemudian menjalankan strategi pengawasan barang beredar dan jasa dalam perdagangan dalam jaringan (e-commerce); peningkatan fasilitasi ekspor; pengamanan bahan baku industri, impor bahan baku seperti gula yang banyak dibutuhkan UMKM pangan; pengaturan impor barang konsumsi; pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional; serta pembukaan fasilitas perdagangan secara bertahap di era adaptasi kebiasaan baru.
Untuk strategi jangka pendek, Kemendag berorientasi pada pendekatan produk dan pendekatan pasar, sedangkan strategi jangka menengah dilakukan melalui pemetaan produk Indonesia di negara akreditasi yang telah mempunyai kekuatan.
Selain itu, Pemerintah terus mengupayakan kesepakatan perdagangan melalui perjanjian kerja sama perdagangan internasional.
Sampai saat ini, Indonesia telah menyelesaikan 21 perundingan perdagangan, baik secara bilateral
maupun multilateral dan regional, termasuk RCEP yang ditandatangani 15 November 2020.
“Meski di tengah perlambatan ekonomi dan kondisi pandemi Covid-19, kita patut bersyukur karena kinerja neraca perdagangan masih dalam kondisi baik,” jelas Mendag.
Defisit neraca perdagangan Indonesia hanya terjadi pada Januari dan April. Pada periode Mei – Oktober 2020, surplus perdagangan Indonesia justru memiliki tren meningkat. Secara kumulatif, neraca dagang Januari – Oktober 2020 mencapai USD 17,1 miliar, melampaui neraca perdagangan Indonesia untuk keseluruhan 2017 dan merupakan capaian tertinggi sejak 2012.