JAKARTA,Cobisnis.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meramalkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia akan terus naik berkat hilirisasi. Bahkan, ia mengatakan pada 10 tahun ke depan atau 2033 mendatang akan menyentuh Rp153 juta.
Artinya, jika pendapatan per kapita mencapai Rp153 juta, maka rata-tata pendapatan masyarakat Indonesia per bulan akan menyentuh angka Rp12,7 juta per bulan.
“Berdasar hitung-hitungan perkiraan dalam 10 tahun, pendapatan per kapita kita akan capai Rp 153 juta,” katanya dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI-DPD RI, Jakarta, Rabu, 16 Agustus.
Bahkan, kata Jokowi, dalam 15 tahun mendatang pendapatan per kapita Indonesia akan capai Rp217 juta. Sedangkan dalam 22 tahun, pendapatan per kapita Indonesia akan capai Rp331 juta.
“Sebagai perbandingan, tahun 2022 kemarin, kita berada di angka Rp71 juta. Artinya dalam 10 tahun lompatanya bisa 2 kali lipat lebih, dimana fondasi untuk menggapai itu semua sudah kita mulai, pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing kita,” ucapnya.
Tak Boleh Jadi Bangsa Pemalas
Namun, Jokowi menekankan bahwa pendapatan per kapita yang terus meningkat ini bisa terwujud jika Indonesia mampu mengolah sumber daya alamnya. Sebab, memiliki sumber daya alam saja tidak cukup untuk meningkatkan nilai tambah pendapatan.
“Kaya SDA saja tidak cukup, jadi pemilik saja tidak cukup. Karena itu akan membuat kita menjadi bangsa pemalas yang hanya menjual bahan mentah kekayaannya. Tanpa ada nilai tambah, tanpa ada keberlanjutan,” ucapnya.
“Saya ingin tegaskan Indonesia tidak boleh seperti itu. Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber dayanya, mampu memberikan nilai tambah dan menyejahterakan rakyatnya. Dan ini bisa kita lakukan melalui hilirisasi,” sambungnya.
Kata Jokowi, hilirisasi yang diupayakan pemerintah adalah hilirisasi dengan fokus pada transfer teknologi yang memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan hilirisasi pun tidak terbatas hanga pada komoditas mineral. Tapi juga non mineral seperti sawit rumput laut kelapa dan komoditas potensial lainnya yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM petani dan nelayan sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil.
“Upaya ini sedang kita lakukan dan harus terus dilanjutkan. Ini memang pahit bagi pengekspor bahan mentah. Ini juga pahit bagi pendapatan negara jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi, saya pastikan Ini akan berbuah manis pada akhirnya,” tuturnya.