JAKARTA, COBISNIS.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan tajam sebesar 3% pada perdagangan sesi II, Senin (5/8/2024), meskipun perekonomian Indonesia tumbuh 5% pada kuartal II-2024.
Pada pukul 13:41 WIB, IHSG turun 3,17% ke posisi 7.076,56, setelah beberapa hari terakhir diperdagangkan di level 7.200-7.300.
Nilai transaksi mencapai Rp 7,7 triliun dengan volume transaksi sebesar 15 miliar lembar saham.
Penurunan IHSG terjadi meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 5,05% pada kuartal II-2024.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Moh. Edy Mahmud, menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga yang menyumbang 54,53% dari PDB tumbuh 4,93%.
Pertumbuhan ini didorong oleh tingginya permintaan selama periode libur Lebaran dan Idul Adha.
Meski demikian, IHSG tetap tertekan akibat kekhawatiran pasar akan potensi resesi di Amerika Serikat (AS) dan dampak kenaikan suku bunga Bank of Japan (BoJ).
Data pasar tenaga kerja AS yang melambat tajam meningkatkan kekhawatiran akan resesi.
Klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, melampaui ekspektasi 236.000 klaim, sementara Non-Farm Payrolls (NFP) hanya bertambah 114.000 pekerjaan, jauh dari estimasi 175.000 pekerjaan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran bahwa AS akan mengalami hard landing karena Federal Reserve dinilai lambat dalam melakukan quantitative easing.
Sementara itu, dari Jepang, kenaikan suku bunga BoJ membuat indeks Nikkei 225 ambruk hingga 12,4%.
Penurunan ini menjadi yang terburuk dalam satu hari sejak 2016, di tengah kekhawatiran dampak kenaikan yen terhadap perusahaan-perusahaan Jepang.
Secara keseluruhan, meski perekonomian Indonesia masih tumbuh positif, IHSG dan bursa global lainnya menunjukkan penurunan signifikan akibat kekhawatiran akan resesi global dan kebijakan moneter yang ketat di beberapa negara utama.