• © Copyright 2025 Cobinis.com – All Right Reserved
Sunday, December 7, 2025
Cobisnis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Nasional
  • Lifestyle
  • Entertaiment
  • Humaniora
  • Sport
  • Teknologi
  • Otomotif
  • Foto
  • Beranda
  • Ekonomi Bisnis
  • Nasional
  • Lifestyle
  • Entertaiment
  • Humaniora
  • Sport
  • Teknologi
  • Otomotif
  • Foto
No Result
View All Result
Cobisnis
No Result
View All Result
Home Sport

GKIA Prihatin Banyaknya Ibu-Ibu Berikan SKM untuk Bayi dan Anak-Anak

Fathi by Fathi
May 26, 2021
in Sport
0
GKIA Prihatin Banyaknya Ibu-Ibu Berikan SKM untuk Bayi dan Anak-Anak

JAKARTA, Cobisnis.com – Banyaknya ibu-ibu yang masih memberikan susu kental manis (SKM) kepada bayi dan anak-anak mereka membuat Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) yang juga Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, prihatin.

Menurutnya, SKM itu tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak-anak karena kandungan gulanya yang cukup tinggi.

“Sebetulnya memang kondisi ini sangat memprihatinkan, karena sebenarnya susu kental manis itu tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak. Itu hanya untuk toping buat makanan seperti es campur ataupun buat kopi. Itu pun sebenarnya tinggi gula sekali. Jadi, memang sangat disayangkan jika masih banyak ibu yang memberikannya kepada anak-anak, apalagi bayi mereka,” ujarnya, Senin (24/5/2021).

Menurut dia, konsumsi minuman dengan kadar gula sangat tinggi seperti SKM ini merupakan indikator asupan makanan yang buruk, karena merupakan konsumsi yang tinggi kalori. Kalori yang didapat dari gula memberikan nilai gizi yang rendah yang menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat.

“Jadi, tingginya kadar gula pada SKM membuat produk ini tidak sehat untuk dikonsumsi terutama oleh balita, anak-anak dan remaja, karena risiko kerusakan gigi, obesitas dan penyakit degeneratif yang akan terbawa sampai dewasa,” katanya.

Menurut Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-2971-1998, Susu Kental Manis adalah produk susu berbentuk kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan.

Kandungan gula pada SKM menurut ketentuan SNI adalah 43-48%, yang merupakan gula yang ditambahkan. “Jadi, SKM sama sekali tidak bisa ditempatkan sejajar dengan susu sebagaimana dipahami secara umum,” ucap Nia.

Karenanya, dia mengatakan penting bagi masyarakat khususnya para ibu untuk membentuk pola makan sehat dalam keluarga, yang tentunya dimulai dengan memberi arahan tentang pola makan yang baik dan benar pada anak-anak sejak dini sebagaimana telah dipaparkan dalam tumpeng gizi seimbang.

Gula adalah produk berkalori dengan kandungan gizi kosong yang menempati puncak tumpeng gizi seimbang, yang artinya perlu dibatasi jumlah asupannya. “Artinya, SKM adalah produk yang harus mendapat batasan jelas dan tidak bisa dikategorikan sebagai asupan gizi seimbang, apalagi ditujukan bagi anak yang sedang tumbuh kembang,” tukasnya.

Nia mengamati ada beberapa faktor yang menyebabkan pemberian SKM kepada bayi dan anak-anak. Salah satunya adalah karena ketidaktahuan informasi mengenai SKM itu bukan susu yang disebabkan edukasi ke masyarakat yang masih kurang.

Menurutnya, informasi yang lebih banyak diterima masyarakat adalah iklan yang ditayangkan di TV dan medsos yang muatannya hanya buat jualan. “Ini yang akhirnya menyebabkan yang sampai ke masyarakat itu, ya susu kental manis. Iklannya pun memvisualisasikan anak-anak yang minum, padahal anak-anak kan nggak boleh minum SKM,” tandasnya.

Dia pun meminta agar Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), harus menjadi wasit yang adil dalam mengatur iklan-ikan SKM ini. Di mana, selain mengatur perekonomian perdagangan di negara ini, mereka juga harus memiliki aturan main yang tidak merugikan kesehatan ibu dan anak.

“Jadi, iklan-iklan produk-produk yang mengganggu kesehatan bayi dan anak seperti SKM ini, sebaiknya juga diatur supaya tidak membuat masyarakat bingung dan termakan iklan-iklan yang klaim-klaim kesehatannya sangat berlebihan,” ucapnya.

Karenanya, dia meminta agar tulisan di kaleng SKM itu, tulisan “perhatikan! tidak untuk menggantikan air susu ibu, tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan, tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi”, harus dibuat besar agar mudah dibaca dengan jelas.

“Di depan mereknya, tulisan pada kotak peringatan itu harus sudah kelihatan dengan jelas di kalengnya. Hal ini penting supaya masyarakat sadar bahwa SKM itu bukan produk yang bisa menggantikan ASI, karena ASI itu memang tidak tergantikan,” katanya.

Untuk membantu pemerintah mencegah masyarakat memberikan SKM kepada para bayi dan anak mereka, menurut Nia, AIMI ikut memberikan edukasi ke masyarakat. “Kita selalu mensosialisasikan tentang pentingnya menyusui bayi, resikonya kalau tidak menyusui itu apa, dan menjelaskan mengenai dampak dari kandungan gula yang tinggi dari manakanan dan minuman jika diberikan kepada bayi dan anak-anak,” tuturnya.

Selain pengaruh iklan, menurut Nia, penyebab lain tingginya pemberian konsumsi SKM kepada bayi dan anak-anak adalah karena pemberian cuti maternitas atau pasca melahirkan yang sangat pendek -hanya 1,5 bulan- dari perusahaan. Hal ini menyebabkan para ibu yang bekerja khususnya di pabrik-pabrik tidak memiliki kesempatan yang lebih panjang untuk menyusui bayi-bayi mereka.

“Artinya, waktu habis melahirkan itu mereka tidak disupport untuk bisa menyusui. Akibatnya, karena kehidupan ekonominya yang tidak mampu untuk memberikan susu mahal kepada bayi mereka, maka mereka pun akhirnya memberikan susu kental manis yang harganya lebih murah. Mereka berpikir SKM itu sama saja dengan susu-susu lainnya karena ada kata susunya. Padahal SKM itu isinya gula doang, yang bisa menyebabkan kurang gizi bayi-bayi mereka,” katanya.

Dia pun menyarankan agar Kementerian Ketenagakerjaan harus mempertimbangkan tentang cuti maternitas bagi ibu melahirkan. “Masak kita kalah dari Vietnam, yang meski mereka ekonominya lebih lambat dari kita, tapi cuti maternitasnya sudah 6 bulan di sana. Nah, ini juga harus diatur,” pungkasnya.

Premium WordPress Themes Download
Download WordPress Themes Free
Download Premium WordPress Themes Free
Premium WordPress Themes Download
online free course
download lenevo firmware
Premium WordPress Themes Download
lynda course free download
Tags: cobisnis & bisnisgkiasusu kental manis

Related Posts

Bahlil: RI Terancam Kehilangan Rp1.650 Triliun jika Presiden Selanjutnya Tak Lanjutkan Hilirisasi

Menteri ESDM Bahlil Minta Smelter Tambang Gunakan Listrik dari EBT

by Farida Ratnawati
September 26, 2024
0

JAKARTA, Cobisnis.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta agar smelter bahan tambang Indonesia beralih menggunakan...

Inilah Dedikasi ASABRI Untuk Indonesia

Inilah Dedikasi ASABRI Untuk Indonesia

by Rizki Meirino
February 28, 2024
0

JAKARTA ,Cobisnis.com - PT ASABRI (Persero) menunjukkan komitmennya untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDG’s) melalui Program...

Perusahaan Anak BNI Tumbuh Positif Seiring dengan Program Transformasi

Perusahaan Anak BNI Tumbuh Positif Seiring dengan Program Transformasi

by Farida Ratnawati
November 23, 2023
0

JAKARTA,Cobisnis.com - Upaya transformasi di seluruh perusahaan anak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memberikan dampak positif...

Bos Bapanas jadi Plt Mentan Gantikan Syahrul Yasin Limpo

Bos Bapanas jadi Plt Mentan Gantikan Syahrul Yasin Limpo

by Farida Ratnawati
October 7, 2023
0

JAKARTA,Cobisnis.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Kepala Badan Pangan Nasional/NFA Arief Prasetyo Adi sebagai pelaksana tugas (Plt) Menteri...

Laporan Tren Perjalanan 2023: 56% Orang Indonesia Kini Berencana Bepergian ke Luar Negeri

Laporan Tren Perjalanan 2023: 56% Orang Indonesia Kini Berencana Bepergian ke Luar Negeri

by Farida Ratnawati
September 15, 2023
0

JAKARTA,Cobisnis.com - GrabAds, platform periklanan dari Grab, superapp asal Asia Tenggara,baru saja merilis laporan terbaru yaitu SEA Travel Insights 2023....

Load More
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Sukanto Tanoto, Konglomerat yang Kembali Terseret dalam Polemik PT TPL

Sukanto Tanoto, Konglomerat yang Kembali Terseret dalam Polemik PT TPL

December 6, 2025
BNI Perkuat Literasi Keuangan dan Dorong UMKM Tumbuh Lewat NFHE 2025

BNI Perkuat Literasi Keuangan dan Dorong UMKM Tumbuh Lewat NFHE 2025

December 6, 2025
Danau Toba, Geopark Dunia yang Terancam Dicabut Status UNESCO-nya

Danau Toba, Geopark Dunia yang Terancam Dicabut Status UNESCO-nya

December 6, 2025
BNI Gelar wondr BrightUp Cup 2025, Perkuat Sportainment dan Ekosistem Olahraga Tanah Air

BNI Gelar wondr BrightUp Cup 2025, Perkuat Sportainment dan Ekosistem Olahraga Tanah Air

December 5, 2025
Jojo–Ginting Ajak Penonton Tanding Bareng Bulu Tangkis di wondr BrightUp Cup 2025

Jojo–Ginting Ajak Penonton Tanding Bareng Bulu Tangkis di wondr BrightUp Cup 2025

December 6, 2025
Dirut BTN Raih Penghargaan Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability

Dirut BTN Raih Penghargaan Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability

December 6, 2025
Ekspresikan Personal Color Kamu dengan One UI 8 di Galaxy A56 5G

Ekspresikan Personal Color Kamu dengan One UI 8 di Galaxy A56 5G

December 6, 2025
BNI Perkuat Literasi Keuangan dan Dorong UMKM Tumbuh Lewat NFHE 2025

BNI Perkuat Literasi Keuangan dan Dorong UMKM Tumbuh Lewat NFHE 2025

December 6, 2025
">
  • Redaksi
  • Profil
  • Media Kit
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Cyber
  • Kontak

© Copyright 2025 Cobinis.com - All Right Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi & Bisnis
  • Nasional
  • Industri
  • Lifestyle
  • Humaniora
  • Kesehatan & Olahraga
  • Startup Center
  • Foto
  • Youtube

© Copyright 2025 Cobinis.com - All Right Reserved