JAKARTA, Cobisnis.com – Bhutan terus jadi sorotan karena model ekonominya yang sederhana tapi efektif, terutama dalam memanfaatkan tenaga air sebagai sumber listrik utama. Negara kecil di Himalaya itu berhasil membuat energi bersih bukan sekadar slogan, tapi benar-benar dipakai untuk menggerakkan ekonomi sehari-hari.
Bhutan punya keuntungan geografis yang jarang dimiliki negara lain. Letaknya di pegunungan tinggi bikin aliran sungainya deras dan stabil sepanjang tahun. Kondisi ini bikin pembangunan pembangkit listrik tenaga air jauh lebih mudah dan murah dijalankan.
Dengan modal alam seperti itu, Bhutan hampir tidak perlu bergantung pada bahan bakar fosil. Sebagian besar listrik yang mereka gunakan berasal dari air, membuat biaya produksi energi jadi rendah dan emisinya juga sangat minim. Ini berpengaruh besar ke kualitas lingkungan yang tetap terjaga.
Penduduk Bhutan yang hanya sekitar 700 ribu orang membuat konsumsi listrik dalam negeri relatif kecil. Karena itu, kapasitas PLTA yang besar menciptakan surplus energi yang bisa dimanfaatkan lebih jauh oleh pemerintah. Di sinilah strategi ekonominya mulai terlihat.
Kelebihan listrik itu kemudian dijual ke India, negara tetangga yang kebutuhan energinya terus meningkat tiap tahun. Kerja sama ini berjalan stabil dan jadi salah satu sumber pemasukan terbesar Bhutan, mirip negara lain yang hidup dari ekspor minyak atau gas.
Ekspor listrik bukan cuma soal nilai ekonomi, tapi juga citra politik. Bhutan mendapat posisi strategis di kawasan karena menyuplai energi bersih, sementara India mendapat pasokan stabil tanpa harus menambah pembangkit batu bara yang polutif.
Penggunaan tenaga air secara masif juga bikin Bhutan masuk kategori carbon-negative. Artinya, negara ini menyerap karbon lebih banyak daripada yang mereka hasilkan. Status ini jadi nilai tambah besar di tengah perhatian global pada isu perubahan iklim.
Kondisi lingkungan yang relatif belum banyak tersentuh industrialisasi turut mendukung prestasi ini. Pemerintah menjaga hutan dan area alami dengan ketat, sehingga kualitas udara dan ekosistem sungainya tetap terpelihara untuk jangka panjang.
Keberhasilan Bhutan dalam mengelola tenaga air jadi contoh menarik bahwa energi terbarukan bisa bersifat massal dan menjadi tulang punggung ekonomi. Model ini juga membuktikan bahwa negara kecil bisa punya posisi strategis kalau mampu mengelola sumber daya yang tepat.
Bagi banyak negara berkembang, pola Bhutan menunjukkan bahwa investasi jangka panjang di energi bersih bisa menghasilkan keuntungan ekonomi sekaligus menjaga lingkungan. Dalam konteks global, keberhasilan ini memberi tekanan moral tambahan pada negara besar untuk lebih serius mengurangi ketergantungan pada energi kotor.














