JAKARTA, Cobisnis.com – Indonesia terus berupaya menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, pasar domestik Indonesia menjadi magnet bagi investor global, khususnya di sektor konsumsi, teknologi, dan infrastruktur.
Kekayaan sumber daya alam seperti nikel, batubara, minyak sawit, dan potensi energi terbarukan juga memperkuat daya tarik. Hilirisasi nikel, misalnya, menjadi proyek unggulan yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah di dalam negeri sekaligus memperkuat industri kendaraan listrik.
Pemerintah telah menerbitkan Omnibus Law Cipta Kerja untuk menyederhanakan regulasi dan memudahkan investasi asing. Berbagai insentif pajak serta perbaikan infrastruktur transportasi dan logistik juga disiapkan guna meningkatkan iklim usaha di Indonesia.
Namun, di balik peluang besar tersebut, terdapat risiko yang tidak bisa diabaikan. Dominasi asing dalam pengelolaan sumber daya alam bisa mengurangi kedaulatan ekonomi nasional jika tidak disertai dengan aturan jelas terkait porsi kepemilikan dan pembagian keuntungan.
Ketergantungan terhadap teknologi dari luar negeri juga menjadi tantangan. Tanpa syarat transfer teknologi yang kuat, Indonesia berisiko hanya menjadi pasar konsumsi dan bukan produsen utama dalam rantai pasok global.
Aspek sosial dan lingkungan pun perlu diperhatikan. Investasi asing di sektor ekstraktif sering memicu masalah deforestasi, pencemaran, hingga konflik lahan dengan masyarakat lokal. Hal ini bisa menimbulkan kerugian jangka panjang jika tidak diatur secara ketat.
Kebocoran keuntungan melalui capital outflow juga kerap menjadi sorotan. Laba besar yang dibawa pulang investor asing dapat mengurangi dampak positif terhadap perekonomian nasional, terutama dalam memperkuat cadangan devisa.
Meski demikian, investasi asing tetap dipandang penting untuk mempercepat pembangunan. Ekonom menilai, Indonesia dapat menjaga kepentingan nasional dengan menerapkan regulasi ketat, mendorong kemitraan antara BUMN, swasta lokal, dan investor asing, serta menegakkan prinsip keberlanjutan.
Insentif investasi diharapkan hanya diberikan pada sektor yang mendukung prioritas pembangunan nasional, seperti energi terbarukan, manufaktur berteknologi tinggi, dan ekonomi digital. Dengan begitu, kontribusi FDI terhadap pertumbuhan ekonomi dapat lebih maksimal.
Indonesia diyakini mampu menjadi tujuan utama investasi global jika mampu menyeimbangkan kepentingan nasional dengan kebutuhan modal asing. Dengan tata kelola yang transparan, keberpihakan pada tenaga kerja lokal, serta regulasi lingkungan yang kuat, Indonesia bisa tumbuh menjadi ekonomi besar tanpa kehilangan kendali.














