JAKARTA, Cobisnis.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut, produksi perikanan tuna Indonesia mencapai 1,49 juta ton pada 2022 dengan nilai ekspor mencapai 960 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Bahkan, Indonesia menyumbang 18 persen terhadap produksi dunia.
Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP Ridwan Maulana mengatakan, Indonesia mempunyai potensi sumber daya perikanan tuna yang cukup melimpah.
Hal ini tercermin dari rata-rata produksi perikanan tuna RI yang mencapai 1,49 juta ton per tahunnya.
“Dapat kami sampaikan bahwa dengan luas laut kami 6,4 juta kilometer (km) persegi, kani memiliki sumber daya perikanan tuna yang cukup melimpah. Ini bisa kami refleksikan dari tren produksi tuna. Rata-rata produksi kami adalah 1,49 juta ton per tahun,” kata Ridwan dalam Konferensi Pers: Memicu Hulu Hilir Bisnis Perikanan Tuna Indonesia di Jakarta, Kamis, 20 Juni.
Ridwan menjelaskan, ada beberapa wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang menjadi daerah penghasil utama komoditas tuna yakni, Selat Makassar dan Laut Flores (WPP 713), Laut Banda dan sekitarnya (WPP 714) dan perairan Maluku (WPP 715).
Dia menambahkan, sedikitnya ada lima komoditas unggulan dari Indonesia, yakni tuna sirip kuning, sirip biru, tuna mata besar, tuna albacore dan tuna cakalang
Lima komoditas tersebut memberikan kontribusi produksi rata-rata sebesar 706.400 ton per tahun.
Sementara untuk jumlah ekspornya sekitar 194.700 ton per tahun dengan nilai kontribusi sebesar 960 juta dolar AS pada 2022.
“Nah yang kami ekspor sekitar 194.700 ton per tahun dan memberikan nilai kontribusi sebesar 960 juta dolar AS. Jadi, ini sangat signifikan dan pangsa produksi kami adalah 18 persen terhadap produksi tuna dunia. Jadi, luar biasa produksi tuna
Melihat potensi tersebut, kata Ridwan, pihaknya akan melakukan beberapa hal terkait pengelolaan tuna di hulu.
Pertama, menerapkan tata kelola perikanan tuna yang baik dan bertanggung jawab melalui implementasi penangkapan ikan terukur (PIT). Dengan penangkapan yang terukur ini, dapat menjaga sumber daya lingkungan tetap baik.
“Kedua, kami membuat rencana pengelolaan perikanan ini di suatu dokumen. Dokumen bersama yang kami sepakati dan rumuskan dengan seluruh perwakilan stakeholder. Intinya adalah bagaimana mengelola perikanan tuna supaya berkelanjutan, kami mengatur bagaimana ukuran-ukurannya. Kemudian, juga masa waktu penangkapan dan sebagainya,” ungkap dia.
Kemudian, pihaknya akan melaksanakan tata kelola perikanan yang berkelanjutan di perairan/kepulauan.
Melalui dokumen strategis, pihaknya akan mengatur mulai dari alat tangkapan yang tidak merusak lingkungan hingga cara pemanenan yang baik.