JAKARTA, Cobisnis.com – Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan keheranan terkait dengan tingginya harga beras di Indonesia, meskipun stoknya diklaim berlimpah. Moh. Ismail Wahab, Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, menyebut bahwa ada surplus stok beras pada bulan Januari 2024 berkat surplus dari akhir tahun sebelumnya. Dia menjelaskan bahwa terdapat surplus sebesar 3 juta ton dari selisih produksi dan impor beras dibandingkan dengan konsumsi pada tahun 2023, yang kemudian ditambahkan ke stok awal tahun ini.
Menurut Ismail, pada bulan Januari 2024, produksi beras dalam negeri mencapai 910 ribu ton dan impor tambahan sebanyak 400 ribu ton. Dengan menggabungkan carryover 3 juta ton dari tahun sebelumnya dan stok awal tahun ini, total stok beras mencapai 4,31 juta ton.
Meskipun demikian, kebutuhan konsumsi beras pada bulan Januari 2024 hanya sebesar 2,54 juta ton. Dengan data ini, Ismail menegaskan bahwa sebenarnya Indonesia tidak kekurangan stok beras.
“Mungkin masalahnya bukan kurangnya pasokan beras, tetapi perpindahan stok dari ritel ke rumah tangga produsen atau konsumen,” katanya.
Oleh karena itu, Ismail mengusulkan perlunya survei singkat untuk melacak perpindahan stok beras dari produsen ke konsumen.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) memperingatkan tentang potensi penurunan surplus beras Indonesia pada bulan Maret 2024 mendatang.
Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, menyatakan bahwa produksi beras pada Januari 2024 hingga April 2024 berpotensi lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Oleh karena itu, dia menyarankan percepatan penanaman dan optimalisasi penggunaan lahan.
“Jika kita membandingkan Maret 2023 dengan Maret 2024, produksi beras pada Maret 2024 diperkirakan lebih rendah dari pada Maret 2023,” jelas Pudji.
Belakangan ini, beras sulit ditemukan, terutama di toko-toko modern. Kelangkaan ini terjadi menjelang pemilihan umum 2024 dan masih berlangsung hingga saat ini. Di pasar tradisional, harga beras juga mengalami kenaikan yang signifikan, termasuk untuk semua jenis beras, baik yang standar maupun premium.