JAKARTA, Cobisnis.com – Walaupun investasi hotel di Asia Pasifik diproyeksikan akan melambat sekitar 14 persen secara tahunan pada 2023, mencapai 10,1 miliar dolar AS, pasar hotel Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Investasi di Indonesia telah mencatatkan jumlah sebesar Rp 3,46 triliun hingga akhir tahun ini, dengan mayoritas diinvestasikan oleh High Net Worth Individual (HNWI) atau individu dengan kekayaan tinggi.
Total investasi tahun ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,73 triliun. Prediksi untuk tahun 2024 menunjukkan peningkatan investasi hotel di Indonesia menjadi Rp 4,09 triliun. Selain investasi, kinerja pasar hotel Indonesia tercermin dari tingkat hunian hotel yang meningkat, terutama di kota-kota besar.
Jacintha Tabalujan Herzog, Kepala Divisi Capital Markets JLL Indonesia, mengamati peningkatan tingkat hunian hotel di kota-kota besar di Indonesia. Tingkat hunian ini menunjukkan tren peningkatan yang menghasilkan pendapatan per kamar hotel (RevPAR) yang lebih baik daripada sebelum masa pandemi.
Adanya dua transaksi penjualan hotel bintang di Jakarta tahun 2023 memberikan indikasi pemulihan industri perhotelan di Indonesia, meskipun kunjungan dari wisatawan Tiongkok belum kembali.
Namun, terjadi penurunan investasi hotel di Asia Pasifik karena berbagai faktor eksternal. Menurut laporan Hotel Investment Highlights Asia Pacific oleh Hotels & Hospitality Group JLL, penurunan ini disebabkan oleh tekanan kenaikan suku bunga, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi global. Data dan analisis dari JLL menunjukkan mayoritas metrik utama mengalami penurunan pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Hingga Oktober 2023, total volume investasi yang dilacak oleh JLL mencapai 5,9 miliar dolar AS, turun secara signifikan dari 9,8 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun 2022. Rata-rata harga per kamar juga menurun selama 2023 menjadi 291.600 dolar AS dari 368.900 dolar AS pada 2022. Jumlah transaksi hotel di 13 pasar di Asia Pasifik tercatat 130 transaksi, menurun dari 168 transaksi pada periode yang sama tahun 2022. Jumlah kunci hotel yang ditransaksikan turun dari 27.990 pada 2022 menjadi 24.800 di tahun 2023.
Performa bisnis ini menjadi bukti dari keyakinan investor dalam jangka panjang pada sektor perhotelan. Meskipun hingga September 2023, pendapatan per kamar yang tersedia (RevPAR) baru mencapai 95 persen dari level sebelum pandemi, sebagian besar pasar telah melebihi angka ini dan mencapai rekor baru RevPAR dan tarif harian rata-rata (ADR) yang tertinggi.
Di Jepang, pasar hotel menunjukkan kinerja kuat dengan RevPAR yang melampaui tingkat sebelum pandemi dan volume transaksi melebihi 2,2 miliar dolar AS. Pasar hotel mewah dan resor juga mengalami kenaikan tarif sekitar 30 hingga 40 persen dari tahun 2019, yang memproyeksikan transaksi senilai 2,9 miliar dolar AS di Jepang untuk satu tahun penuh.
Di Australia dan Selandia Baru, aktivitas investasi lebih rendah meskipun terjadi pertumbuhan ADR yang signifikan dan pemulihan okupansi yang stabil di kota-kota besar. JLL memperkirakan volume investasi sebesar 960 juta dolar AS hingga akhir tahun ini di sana, dengan proyeksi lebih dari 1,7 miliar dolar AS pada tahun 2023.
Hong Kong, yang telah dibuka kembali, mencerminkan pemulihan yang stabil di sektor hotel dengan jumlah pengunjung melebihi tahun 2019 dan RevPAR di segmen mewah setara dengan sebelum pandemi. JLL memproyeksikan transaksi senilai 900 juta dolar AS di Hong Kong pada akhir tahun 2023.
Meskipun pasar hotel di Singapura menunjukkan performa yang baik, dengan RevPAR naik 13 persen dibandingkan dengan tahun 2019, namun, volume transaksi di Singapura diperkirakan menurun 45 persen pada tahun 2023 menjadi 500 juta dolar AS karena ketatnya kendali atas aset seperti Parkroyal di Jalan Kitchener.