JAKARTA, Cobisnis.com – Memasuki kuartal kedua di 2021, Bank DBS Indonesia kembali memberikan pandangan terkini mengenai pasar keuangan dan peluang bisnis dan investasi bagi Nasabah melalui DBS eTalk Series bertajuk DBS Macro Economic Insight: Factoring Vaccination Distribution Into Economic Growth and Investment Mapping.
“DBS Macro Economic Insight ini merupakan salah satu wujud komitmen Bank DBS Indonesia sebagai mitra manajemen kekayaan terpercaya menuju future of banking, di mana kami secara proaktif terus memperkaya strategi manajemen kekayaan nasabah dengan peluang bisnis dan investasi, berdasarkan analisa tajam atas faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pergerakan dunia finansial,” ujar Rudy Tandjung, Consumer Banking Director, PT Bank DBS Indonesia.
Chief Economist Bank DBS, Taimur Baig, menyampaikan terdapat siklus bisnis sejak 2020 yang dapat dibagi menjadi lima fase – dalam mencapai pemulihan ekonomi pasca pandemi, yaitu pandemi, vaksinasi, di mana setelahnya bank sentral akan mempertimbangkan inflasi, pasar lowongan kerja (jobs market), dan penyusunan kebijakan baru (policy direction). Saat ini negara ASEAN, termasuk Indonesia, masih pada tahap pandemi dan vaksinasi, sedangkan negara maju sudah pada tahap inflasi dan jobs market. Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang sempat menurun beberapa waktu silam, melonjak naik menjadi 15.308 kasus per tanggal 23 Juni 2021.
Di dua sentra ekonomi terbesar dunia saat ini, 53% populasi Amerika Serikat (AS) sudah divaksinasi, sementara China masih diperkirakan sekitar 40%. “Inflasi di AS saat ini masih di bawah target rata-rata The Fed, sehingga The Fed diperkirakan masih akan meneruskan kebijakan fiskal yang akomodatif. Namun di sisi lain AS juga melihat adanya arah pemulihan tingkat konsumsi yang akan berpengaruh pada kenaikan tingkat inflasi di masa mendatang yang tentunya akan berpengaruh pada kebijakan suku bunga The Fed. Sementara itu China menunjukkan kenaikan nilai ekspor 29% di 2021 dibandingkan tahun 2019, didukung oleh tren kenaikan nilai ekspor di seluruh Asia. Nilai investasi asing yang masuk ke China masih menunjukkan tingkat positif dengan total lebih dari USD 950 miliar sejak 2015, namun cadangan devisa cenderung tak bergerak karena diimbangi dengan investasi keluar dari China,” ujar Chief Economist Bank DBS, Taimur Baig.
Di Indonesia sendiri, pemulihan ekonomi Indonesia relatif membaik walaupun ada tantangan dengan kenaikan kasus Covid-19 belakangan ini. Diharapkan upaya pemerintah untuk mendorong vaksinasi akan membawa sentimen positif dan membantu percepatan pemulihan ekonomi.
Di kesempatan yang sama, Senior Economist DBS Group Research, Radhika Rao, menjelaskan, “Pembatasan defisit negara untuk sementara dilonggarkan selama 2020-2022, guna memberikan fleksibilitas yang lebih leluasa dalam menanggapi krisis kesehatan. Dengan demikian, target defisit 2021 dipatok pada 5,7 persen dari PDB dan kemungkinan akan membaik ke tingkat positif 4,5 hingga 4,8 persen di tahun 2022.”
Mengenai investasi, Radhika juga menjelaskan ukuran pasar obligasi di mata uang domestik mencapai Rp4,799 triliun, naik 36 persen di tahun tersebut. Dari angka tersebut, obligasi pemerintah merupakan yang terbesar, yaitu 89 persen dari total, lalu diikuti oleh penerbitan obligasi korporasi sebesar sembilan persen, dan sisanya adalah bank sentral. Ukuran pasar obligasi pemerintah domestik hampir dua kali lipat menjadi 28 persen dari PDB dalam satu dekade terakhir. Dalam kebijakan moneter, Radhika mengatakan bahwa Bank Indonesia berusaha akomodatif tetapi tetap menjaga stabilitas pasar keuangan. “Dari segi mata uang Rupiah, fundamental Indonesia lebih baik dari tahun 2013 pada saat Taper Tantrum atau melonjaknya yield pada obligasi AS. Hal ini menunjukan bahwa meski ada beberapa dampak dari aset EM yang diakibatkan oleh penurunan (taper), ini tidak lantas menjadi signifikan setelah adanya volatilitas,” jelasnya.
“Vaksinasi jelas memegang peran penting dalam upaya pemulihan ekonomi dan pemetaan investasi di masa mendatang. Keuangan publik Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama dua dekade terakhir. Pemotongan suku bunga tidak akan terjadi, akan tetapi stabilitas pasar keuangan akan menjadi prioritas. Oleh karena itu, fokus utama saat ini adalah mempercepat penyebaran vaksinasi dan membantu Indonesia keluar dari krisis pandemi,” tutup Radhika.