JAKARTA, Cobisnis.com – PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta) menyelenggarakan webinar bertajuk “Massive Growth Opportunity in Indonesia’s Electric Vehicle Industry” pada hari Rabu tanggal 03 November 2021. Acara yang diadakan secara hybrid ini mempertemukan pemerintah serta para praktisi industri untuk memberikan insight dan potensi pertumbuhan pasar industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.
Konsulat Jendral Republik Indonesia di Shanghai Deny W Kurnia dalam paparannya mengatakan “Indonesia memiliki salah satu cadangan terbesar di dunia untuk komoditas nikel yang merupakan bahan baku utama dalam produksi baterai kendaraan listrik. Indonesia menyumbang sekitar 30% dari produksi nikel dunia dan rumah bagi 22% cadangan nikel dunia yang diketahui atau sekitar 21 juta ton.”
Saat ini Pemerintah Indonesia juga tengah meningkatkan produksi untuk mencapai kapasitas baterai 140 GWh pada tahun 2030 dari mana 50 GWh akan dialokasikan untuk ekspor. Sisanya akan digunakan untuk industri kendaraan listrik dalam negeri Indonesia, terutama untuk sepeda motor daripada mobil. Indonesia menargetkan peningkatan investasi di sektor baterai EV menjadi USD 33 miliar pada tahun 2033, negara ini memberikan banyak peluang bagi produsen EV asing, termasuk mitra potensial dari Industri EV China.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2019 memberikan berbagai insentif untuk produsen EV, perusahaan transportasi serta konsumen. Termasuk pengurangan tarif impor untuk mesin dan bahan yang digunakan untuk produksi EV juga insentif tax holiday hingga 10 tahun untuk produsen EV yang memberikan kontribusi setidaknya 5 triliun rupiah (USD 346 juta) terhadap investasi di tanah air.
Kepala Seksi Pemberdayaan Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Muhammad Ihsan mengatakan “Pemerintah Indonesia saat ini sudah menetapkan Roadmap Pengembangan EV melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV dan Perhitungan Kandungan Lokal. Pemerintah menargetkan untuk mengembangkan Industri komponen utama EV (Baterai, Motor Listrik dan Inverter).”
Ihsan juga menambahkan bahwa dalam rangka percepatan permintaan Industri EV, Pemerintah akan menetapkan peraturan tentang Roadmap Pembelian EV, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor minyak dalam negeri untuk mencapai penggunaan energi terbarukan serta mendukung komitmen pemerintah dalam negoisasi iklim ke 21 (COP 21) di Paris.
Saat ini, industri otomotif di Indonesia telah bergerak agresif dengan mulai menerapkan energi listrik sebagai bahan bakar kendaraan dalam rangka peralihan penggunaan teknologi ramah lingkungan serta upaya pengurangan emisi karbon yang disebabkan oleh penggunaan energi berbahan bakar fosil.
Hal ini didukung dengan potensi Indonesia untuk menjadi pemain utama produksi baterai kendaraan listrik karena memiliki cadangan nikel dan sebagai produsen nikel terbesar di dunia. Dengan begitu Indonesia merupakan negara yang strategis dan potensial untuk pengembangan industri EV.
Pemerintah Indonesia secara konsisten berupaya untuk terus mendukung implementasi dan keberlangsungan ekosistem EV di tanah air dengan mengeluarkan berbagai kebijakan strategis bagi para pelaku industri.
Seperti yang disampaikan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo optimis program percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Tanah Air dapat terealisasi sesuai dengan peta jalan yang sudah ditentukan. Dengan demikian, beberapa tahun kedepan mobil listrik produksi dalam negeri akan mulai bermunculan secara masif, mulai dari harga terjangkau sampai dengan berteknologi canggih.
Project Officer Subang Smartpolitan, Elbert Hartanto mengatakan melihat potensi petumbuhan pasar industri kendaraan listrik di Indonesia, saat ini Suryacipta tengah mengembangkan kawasan industri Subang Smartpolitan dengan konsep “Smart & Sustainable” yang didukung oleh infrastruktur berbasis Internet of Things (IoT) sehingga ideal untuk pengembangan EV. Sebagai kawasan terintegrasi dengan aksesibilitas yang mumpuni, Smartpolitan turut meningkatkan produktifitas serta profitabilitas kegiatan industri manufaktur melalu efisiensi supply chain.
Dengan inovasi skala industri, tentunya akan membawa pengaruh besar terhadap ekosistem otomotif terlebih berdasarkan survei dilakukan oleh YCP Solidiance tahun 2018 tentang Electric Vehicle in Indonesia, lebih dari 60% masyarakat telah terbuka terhadap pengembangan kendaraan listrik sebagai terobosan implementasi energi baru terbarukan.
Adaptasi terhadap penggunaan mobil listrik di Indonesia sendiri menemui sejumlah kendala. Selain karena harga mobil listrik yang lebih mahal dari mobil berbahan bakar minyak, ketersediaan stasiun pengisian atau charging station masih minim.
Pembangunan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) terus digalakkan pemerintah melalui percepatan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Hingga bulan September 2021, Kementerian ESDM mencatat sudah terdapat lebih dari 180 unit SPKLU yang beroperasi dan tersebar di lebih dari 150 lokasi di seluruh Indonesia.
Namun mengingat Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Rasanya banyak faktor juga yang mendukung Indonesia memproduksi mobil listrik ini. Kekayaan alam tersebut juga harus didukung oleh kualitas sumber daya manusianya agar mampu menjadi produsen utama dalam industri mobil listrik ini.