Cobisnis.com – Kepala Divisi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Wahyu Dito Galih Indharto, mengatakan konsep Storynomic Tourism sangat penting dikembangkan di Indonesia, terutama di masa pandemi Covid-19. Masifnya transformasi digital akibat pendemi global (yang pasti akan berakhir), menjadi peluang besar bagi Storynomic Tourism menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Potensi pengembangan kepariwisataan berbasis story telling sudah diterapkan sejak lama,” kata Wahyu Dito saat dihubungi Cobisnis, Sabtu (10 Oktober 2020).
Saat ini, berbagai cerita rakyat (folklore) di berbagai daerah tujuan wisata sudah banyak yang diangkat menjadi sebuah event atau acara, baik level nasional maupun internasional. Menurut Wahyu Dito, cerita rakyat yang diangkat menjadi acara kepariwisataan menjadi bukti bahwa budaya literasi dan keterbukaam informasi telah dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
Sebagai contoh, BPODT menjadikan Karnaval Si Gale-Gale di Samosir sebagai daya tarik pariwisata, mengundang banyak wisatawan yang penasaran. BPODT, kata Wahyu Dito, melakukan berbagai upaya untuk menggali kembali story telling Batak yang begitu kaya dengan tujuan pelestarian maupun menjadi konten kepariwisataan.
“Menggali story telling ini dilakukan oleh beberapa Komunitas dan Pemerintah Kabupaten seperti penyelenggaraan Seminar dan Festival tentang literasi dan budaya Batak,” ujarnya.
Budaya Batak, kata dia, memiliki potensi yang kaya akan literasi, misalnya, jumlah Marga Batak yang ratusan memiliki sejarah dan cerita unik masing-masing, terkait asal-usul dan perjalanan marga dari dulu hingga sekarang.
*Transformasi Digital*
Maraknya transformasi digital bakal jadi penyebab wisatawan berkunjung ke suatu destinasi wisata karena konten yang dilihat dan tersedia di berbagai media, khususnya media digital.
“Nah, konten ini bisa berupa folklore, seni budaya, sejarah dan lain-lain,” kata dia.
Dengan perkembangan teknologi yang mempermudah akses informasi dan distribusinya, konten-konten Storynomic Batak telah dieksplorasi di media digital oleh anak-anak muda Batak yang merasa memiliki kewajiban untuk mencari tahu dan melestarikan budaya mereka.
Terlebih, kata dia, Danau Toba telah ditetapkan sebagai Anggota UNESCO Global Geopark yang mengandung konten terkait geologi dan bagaimana peran Danau Toba dengan Super Volcano-nya pada 75.000 tahun lalu dapat menjadi satu bentuk daya tarik promosi selain konten folklore dan seni budaya.
“Bagaimana letusan Gunung Toba purba secara drastis merubah dunia dan peradabannya hingga seperti saat ini? Tentunya disertai dengan bukti-bukti ilmiah oleh para ahli dan peneliti,” jelas Wahyu Dito.
“Konten media, khususnya media digital, menjadi trigger wisatawan untuk menentukan destinasi tujuan wisatanya,” tegas dia.
Sejauh ini BPODT mengangkat konten-konten Storynomic Tourism melalui media internal seperti website (laketoba.travel) dan instagram (@otorita.danautoba dan @wonderlaketoba). Konsep Storynomic Tourism masih perlu dikembangkan lebih serius dengan action plan dan target-target yang jelas dan terarah.
“Saat ini sudah ada kesetaraan dalam posisi untuk mengakses informasi, tergantung individu masing-masing dalam pengembangannya.”