Cobisnis.com – Dalam laporan Daily Economic and Market Review Bank Mandiri, Senin (12/10/2020), terungkap kredit konsumsi perbankan terus melambat diiringi peningkatan NPL. Berdasarkan data OJK, kredit konsumsi per Juli 2020 hanya tumbuh sebesar 1,4% (yoy), terendah sejak krisis 1998.
Sementara itu, NPL naik ke level 2,3%, tertinggi sepanjang 2020. Berdasarkan jenis kredit konsumsi yang disalurkan kepada rumah tangga, kredit pemilikan kendaraan bermotor (KKB) mengalami penurunan paling dalam. KKB telah mengalami kontraksi sejak April 2020 sebesar 1,9% yoy, dan per Juli terkontraksi 11,9% (yoy) dengan NPL mencapai 2,9%, tertinggi sepanjang 2020.
Sedangkan KPR dan kredit peralatan rumah tangga lainnya masih tumbuh positif meskipun mengalami perlambatan, masing-masing hanya tumbuh 3,4% dan 4,5% secara tahunan. NPL di KPR (3,2%) tercatat lebih tinggi dibanding NPL KKB (2,9%) dan kategori peralatan rumah tangga lainnya (1,5%, tertinggi sepanjang 2020).
Tercatat risiko di industri peer to peer lending (P2PL) meningkat drastis. Rasio TWP90 (Tingkat Wanprestasi) sebagai indikator pinjaman bermasalah P2PL terus meningkat. Berdasarkan data OJK, nilai TWP90 per Maret 2020 sebesar 4,2%, namun melonjak lebih dari dua kali lipatnya di bulan Agustus menjadi 8,9%.
Ditegaskan bahwa yang perlu digaris bawahi, rasio TWP90 masih terus meningkat di tengah nilai penyaluran pinjaman terus meningkat. Per Agustus,nilai penyaluran pinjaman di Jawa tumbuh 4,2% secara bulanan (vs 3,1% di Juli), demikian juga di luar Jawa yang tumbuh 4,1% (vs 3,3% di Juli).
Tidak hanya penyaluran pinjaman, outstanding pinjaman pun tercatat tumbuh positif secara bulanan di Juli 1,5% mom dan Agustus 1,6% mom, setelah sebelumnya mengalami kontraksi.Tingkat konsumsi dan keyakinan konsumen masih belum pulih. Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan transaksi kartu debit terus mengalami kontraksi sejak Maret 2020. Per Agustus, volume transaksi turun 0,6% secara tahunan, demikian juga dengan nilai transaksi yang turun 6,4%.
Transaksi kartu kredit juga mengalami kontraksi sejak Maret 2020 dengan tingkat kontraksi yang lebih dalam. Per Agustus, volume transaksi turun 21,0% secara tahunan, sementara nilai transaksi turun 35,4%.
“Hal-hal ini mengindikasikan tingkat daya beli masyarakat yang masih lemah, dan di sisi lain juga merefleksikan tingkat keyakinan masyarakat yang masih pesimis terhadap kondisi ekonomi meskipun tren keyakinan konsumen terus membaik. Daya tahan sektor keuangan perlu terus dijaga,” tulis laporan Daily Economic and Market Review Bank Mandiri.
Ditegaskan dalam laporan tersebut, perlu upaya yang lebih masif, terkoordinasi dengan baik, dan konsisten untuk memastikan masyarakat semakin aman dari penyebaran Covid-19 dan optimis dengan pemulihan ekonomi nasional.
“Ini penting mengingat aktivitas perekonomian hanya akan berjalan optimal ketika mobilitas masyarakat kembali meningkat dan masyarakat optimis dengan kondisi ekonomi. Ketika kemampuan dan aktivitas ekonomi masyarakat berangsur pulih, sektor keuangan, termasuk industri P2PL, akan lebih mampu dalam memitigasi risiko peningkatan kredit bermasalah yang tengah dihadapi saat ini. Dengan demikian, sektor keuangan diharapkan dapat berperan lebih optimal dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional ke depan,” tulis laporan Daily Economic and Market Review Bank Mandiri.