JAKARTA, Cobisnis.com – Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional Adin Bondar menyebut ada tiga hal yang melatarbelakangi seseorang memilih kebiasaan membaca.
Pertama, karena hobi. Kedua, karena kewajiban seperti yang dilakukan para siswa dan mahasiswa. Dan ketiga, karena kebutuhan nutrisi otak sehingga memerlukan asupan pengetahuan.
Tidak bisa dipungkiri, era saat ini banyak masyarakat memerlukan informasi dalam waktu yang singkat. Maka, diperlukan teknik khusus membaca agar bisa memenuhi ketepatan dalam mengejar serta mendapatkan informasi dari berbagai sumber bacaan. Karena tidak semua yang dibaca merupakan merupakan informasi yang dibutuhkan.
“Membaca cepat adalah kegiatan merespons lambang-lambang cetak atau tulis dengan perhatian yang tepat dalam waktu yang singkat serta dibarengi tingkat pemahaman isi bacaan yang tinggi sehingga tetap bisa mendapatkan informasi dengan cara langsung ke masalah maupun fakta yang dicari tanpa mengabaikan isinya,” jelas pegiat literasi Tita Fathia Halida pada Webinar Teknik Membaca Cepat pada Kamis, (20/10/2022).
Teknik membaca cepat pertama kali diperkenalkan oleh Evelyn Wood pada 1958. Dia menemukan teknik ini ketika bekerja sebagai konselor siswi di sebuah SMA di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat. Mulanya dia mengadakan sebuah program untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca siswanya agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Saat itu, para ahli menganggap kemampuan membaca tertinggi adalah 1000 kata per menit. Evelyn lewat makalahnya di hadapan para profesor justru memperkirakan kemampuan baca 2500 kata per menit. Dia lantas mengadakan percobaan terhadap 53 pembaca tercepat pada masa itu.
Teknik membaca cepat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kemampuan pembaca dalam melahap penuh bahan bacaan dengan ketepatan waktu tertentu. Jenis serta kerumitan sebuah bacaan juga memengaruhi teknik yang digunakan ketika membaca dan memahaminya.
“Banyak tokoh-tokoh dunia yang mampu melakukan speed reading. Sebut saja Albert Einstein, Barack Obama, Elon Musk, Oprah Winfrey, Mark Zuckerberg, hingga Ir.Soekarno,” ungkap penulis Deasy Tirayoh.
Makin banyak membaca, semakin banyak berpikir. Makin banyak seseorang belajar, justru menyadarkan bahwa manusia sejatinya tidak mengetahui apapun.
Namun, penulis Anna Widyastuti menyarankan ketika melakukan speed reading, syarat penting yang mesti diketahui haruslah rileks, fokus, konsentrasi, kenali materi bacaan, waspada pengulangan kata, dan hindari gangguan.
“Jangan ragu dengan yang sudah dibaca. Kenali ide pokok sehingga tidak terjebak dalam detail. Kenali beberapa kata sekaligus. Dan lakukan pergerakan mata dengan cepat,” ujarnya.
Standar kecepatan efektif membaca (KEM) memiliki kategori tersendiri. Jika kecepatan rendah, maka angka KEM dibawah 250 kpm (kata per menit). Pada kecepatan sedang, angka KEM berkisar 250-350 kpm. Sedangkan, kecepatan baca tinggi (efektif), angka KEM-nya berada di atas 351 kpm.
“Ciri-ciri pembaca efektif diantaranya ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi informasi, dan memandang aktivitas membaca sebagai suatu kebutuhan,” pungkas pustakawan Andika S. Putra.