JAKARTA, Cobisnis.com – Pemerintah Indonesia mempercepat perjanjian dagang dengan Turki melalui skema Indonesia–Turkey Preferential Trade Agreement (IT-PTA). Langkah ini diposisikan sebagai pintu masuk menuju kerja sama ekonomi yang lebih luas melalui Indonesia–Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA).
Komitmen tersebut disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Perdagangan Republik Turki, Mustafa Tuzc. Pertemuan berlangsung di sela agenda Dewan Menteri Perdagangan D-8 di Kairo, Mesir, pada 2 Desember 2025.
Roro menegaskan Indonesia mendorong ruang lingkup perjanjian yang fleksibel agar tidak membatasi potensi sektor unggulan. Menurutnya, cakupan produk yang terlalu sempit justru berisiko mengurangi manfaat ekonomi bagi kedua negara.
Sejumlah sektor strategis menjadi fokus utama dalam pembahasan IT-PTA. Di antaranya tekstil, alas kaki, serta besi dan baja yang dinilai memiliki peluang besar untuk memperkuat ekspor nasional.
Pemerintah menilai IT-PTA sebagai fondasi penting untuk memperdalam hubungan dagang Indonesia dan Turki. Perjanjian ini juga diposisikan sebagai jembatan menuju perjanjian ekonomi komprehensif yang lebih luas melalui IT-CEPA.
Berdasarkan data perdagangan, nilai total perdagangan Indonesia–Turki pada 2024 mencapai US$ 2,4 miliar. Angka ini mencerminkan tren pertumbuhan lima tahun yang cukup kuat, yakni sebesar 13,50 persen.
Indonesia juga mencatat surplus perdagangan yang signifikan sebesar US$ 1,5 miliar. Nilai ekspor Indonesia pada 2024 tercatat mencapai US$ 1,9 miliar, tumbuh 26,05 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Produk utama ekspor Indonesia ke Turki meliputi produk setengah jadi besi dan baja non-paduan, baja tahan karat canai pipih, serat stapel buatan, kokas batubara, hingga minyak kelapa sawit. Komoditas ini dinilai masih punya ruang tumbuh yang besar.
Roro menyebut tren perdagangan kedua negara saat ini bergerak sangat positif. Pemerintah pun menargetkan nilai perdagangan Indonesia–Turki bisa melonjak hingga menembus US$ 10 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
Turki saat ini tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar ke-23 bagi Indonesia dan sumber impor terbesar ke-36. Di luar sektor perdagangan, Indonesia juga membuka peluang kerja sama konstruksi, seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara.













