MYANMAR, COBISNIS.COM – Gempa bumi dahsyat melanda Myanmar pada Jumat (28/03) siang, menewaskan ratusan orang dan melukai ratusan lainnya. Gempa bermagnitudo 7,7 tersebut berpusat di 16 kilometer barat laut Kota Sagaing, menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS). Hanya 12 menit kemudian, gempa susulan berkekuatan 6,4 mengguncang wilayah 18 kilometer selatan Sagaing.
Dampak gempa ini terasa hingga ke negara-negara tetangga seperti China dan Thailand. Pemimpin militer Myanmar, Min Aung Hlaing, menyebutkan bahwa 144 orang telah meninggal dunia dan 732 lainnya terluka. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah seiring berjalannya operasi penyelamatan. Kota-kota yang paling terdampak adalah Naypyidaw dengan 96 korban jiwa, Sagaing dengan 18 korban jiwa, dan Mandalay dengan 30 korban jiwa.
Menurut militer Myanmar, sebanyak 132 orang mengalami luka-luka di Naypyidaw dan 300 lainnya di Sagaing. Sebagian korban lainnya tersebar di berbagai daerah. Tim penyelamat di Mandalay melaporkan bahwa kerusakan yang terjadi sangat parah, dan jumlah korban tewas kemungkinan lebih tinggi dari laporan awal.
Di ibu kota Thailand, Bangkok, dampak gempa juga terasa. Sebanyak 70 pekerja konstruksi dilaporkan hilang setelah sebuah bangunan roboh akibat guncangan. Laporan dari Institut Nasional untuk Pengobatan Darurat di Thailand menyebutkan bahwa ada sekitar 320 pekerja di lokasi kejadian, dengan 20 orang terjebak di terowongan lift. Tim penyelamat telah mendirikan rumah sakit lapangan untuk menangani korban yang berhasil dievakuasi.
Sebuah rumah sakit besar di Naypyidaw berubah menjadi “daerah dengan korban berlimpah” akibat banyaknya pasien yang datang dalam kondisi luka berat. Jalan-jalan di sekitar rumah sakit mengalami kerusakan parah, menyebabkan kemacetan yang menghambat akses bantuan. Rumah sakit yang memiliki 1.000 tempat tidur itu kewalahan, dengan pasien dirawat di lorong-lorong dan luar ruangan.
Militer Myanmar menginstruksikan rumah sakit di Mandalay, Sagaing, dan Naypyidaw untuk meningkatkan kapasitas layanan medis dan meminta masyarakat untuk mendonorkan darah bagi para korban. Seorang pengembang properti di Mandalay mengungkapkan bahwa banyak bangunan mengalami retak dan beberapa lainnya runtuh total.
Dewan militer Myanmar menyatakan bahwa beberapa wilayah seperti Sagaing, Mandalay, Magway, Bago, Negara Bagian Shan Timur, dan Naypyidaw berada dalam keadaan darurat. Prioritas utama saat ini adalah menyelidiki kerusakan dan melakukan upaya penyelamatan di area yang paling terdampak.
Gempa juga menyebabkan berbagai bangunan di Bangkok mengalami kerusakan. Video yang beredar di media sosial menunjukkan air menyembur dari kolam renang di atap gedung akibat guncangan. Beberapa bangunan bertingkat juga mengalami keretakan.
Seorang jurnalis BBC yang tinggal di Bangkok mengatakan bahwa dirinya merasakan getaran kuat saat sedang memasak di rumah. Menurutnya, ini adalah salah satu gempa terbesar yang mengguncang Bangkok dalam satu dekade terakhir. Banyak warga berlarian ke jalan karena khawatir akan gempa susulan.
Sebuah gedung pemerintah yang sedang dibangun di dekat Taman Chatuchak, Bangkok, runtuh akibat gempa. Dari 50 pekerja yang berada di lokasi, 43 di antaranya masih dinyatakan hilang. Regu penyelamat terus berupaya mengevakuasi korban yang terjebak di bawah reruntuhan.
Menurut laporan AFP yang mengutip USGS, Myanmar memang merupakan daerah yang rentan terhadap gempa bumi. Antara tahun 1930 hingga 1956, tercatat enam gempa besar dengan magnitudo di atas 7,0 yang terjadi di sepanjang Sesar Sagaing, yang membentang di tengah negara tersebut.
Upaya mendapatkan informasi dari Myanmar cukup sulit karena pemerintahan militer yang berkuasa sejak kudeta 2021 mengendalikan hampir seluruh media dan internet. Banyak jalur komunikasi yang terputus, sehingga menyulitkan akses terhadap informasi terbaru dari lapangan.
Gempa ini menyebabkan kehancuran besar, termasuk jalan-jalan yang rusak parah, monumen keagamaan yang roboh, hingga gedung-gedung bertingkat yang hancur. Para ahli memperkirakan jumlah korban bisa jauh lebih tinggi dari laporan awal mengingat kepadatan penduduk dan kualitas bangunan di wilayah terdampak.
Menurut pemodelan yang dilakukan oleh USGS, jumlah korban tewas diperkirakan bisa melampaui 10.000 orang. Selain itu, total kerugian akibat gempa ini diperkirakan mencapai US$ 100 miliar atau setara dengan Rp 1.650 triliun, yang melebihi pendapatan domestik bruto Myanmar yang hanya sekitar US$ 66 miliar.
Data awal yang dihimpun dari pemerintah Myanmar menunjukkan bahwa 144 orang tewas dan 732 orang terluka, tetapi angka ini hanya mencakup tiga kota utama dan belum termasuk Mandalay, yang juga mengalami dampak besar dari bencana ini.
Di Thailand, seorang wakil kepala polisi di Distrik Bang Sue, Bangkok, mengatakan bahwa ia mendengar suara orang-orang berteriak meminta pertolongan dari dalam reruntuhan bangunan. Tim penyelamat masih terus bekerja untuk mengevakuasi korban selamat.
Pemerintah Thailand telah mengadakan pertemuan darurat untuk merespons dampak gempa ini. Selain itu, bantuan dari negara-negara tetangga juga mulai berdatangan untuk membantu proses penyelamatan dan pemulihan.
Myanmar yang telah terkoyak oleh perang saudara kini menghadapi tantangan baru akibat bencana alam ini. Dengan komunikasi yang terbatas dan akses bantuan yang sulit, upaya pemulihan pasca-gempa kemungkinan akan memakan waktu lama.
Sementara itu, organisasi kemanusiaan internasional tengah berupaya untuk masuk ke wilayah terdampak guna memberikan bantuan medis dan kebutuhan dasar bagi para korban. Namun, situasi politik dan kondisi keamanan di Myanmar menjadi hambatan utama bagi misi kemanusiaan.
Dampak gempa ini tidak hanya terasa di Myanmar, tetapi juga di berbagai negara tetangga. Thailand, yang jarang mengalami gempa besar, kini menghadapi tantangan dalam menangani bencana yang merenggut korban jiwa dan menyebabkan kehancuran di berbagai wilayahnya.
Gempa bumi ini menjadi salah satu bencana alam terbesar yang melanda Myanmar dalam beberapa dekade terakhir. Dengan kondisi infrastruktur yang buruk dan keterbatasan sumber daya, proses pemulihan dan rekonstruksi akan menjadi tantangan besar bagi negara tersebut.