JAKARTA, Cobisnis.com – Platform edukasi online kian menjamur, salah satunya
StoryChopsticks yang berbasis bahasa Mandarin. Platform tersebut baru saja meluncurkan sekolah online Storyland dengan inovasi mendukung pertumbuhan para kreator digital.
Bahkan dalam peluncurannya membuat kolaborasi 200 anak usia 3-12 tahun dari 10 negara di dunia, untuk membuat cerita berbahasa Mandarin bersama-sama.
StoryLand merupakan sekolah virtual dua dimensi dalam platform Gather, yang didesain untuk memancing imajinasi dan kreativitas anak. Di dalam platform, anak-anak bisa belajar di ruang-ruang kelas virtual bersama para guru lewat video, mengeksplorasi lingkungan virtual yang banyak bertuliskan aksara Mandarin, hingga bersosialisasi bersama teman dari negara-negara berbeda menggunakan fasilitas chat.
“Belajar secara virtual memungkinkan semua anak bisa mengakses pendidikan berkualitas tinggi dari mana saja. Ketika Facebook, Microsoft dan Google berusaha menciptakan metaverse untuk aktivitas sehari-hari, kami menggunakan metaverse untuk pendidikan,” kata Sun Yuanxin, pendiri StoryChopsticks dalam acara peluncuran StoryLand di Jakarta (29/8/2021).
Metaverse merupakan realitas digital tempat orang bisa berbagi ruang virtual, semacam media sosial tiga dimensi yang bisa diakses secara real time. Di dalamnya, kita bisa belajar, bekerja, bermain, dan bersosialisasi.
“Dengan peluncuran StoryLand ini, kami berharap bisa menyediakan lingkungan belajar yang menarik. Anak-anak akan segera terbenam dalam taman bermain virtual ini, dan akan lebih bersemangat berkreasi menciptakan cerita mereka sendiri,” ujar Wan Ting, Education Head of StoryChopsticks.
Keberadaan StoryLand akan menggantikan sepenuhnya metode belajar StoryChopsticks yang sebelumnya menggunakan format video conference. Dilengkapi dengan buku cerita dan flashcard, metode pengajaran ini akan mendorong anak-anak berimajinasi secara mandiri, dan terpacu untuk membuat cerita versi mereka sendiri menggunakan flashcard.
Dalam peluncuran StoryLand, StoryChopsticks telah mengundang sedikitnya 200 anak dari sekitar 10 negara di dunia, yaitu Amerika Serikat, Australia, Taiwan, Indonesia, Malaysia, Singapore, India, Ukraina, Kamerun, Jerman, dan Inggris untuk berpartisipasi dalam StoryLand Online Carnival. Anak-anak dapat bergabung dalam berbagai kegiatan, seperti mengikuti sesi dongeng, permainan, serta bersosialisasi dengan anak-anak lain. Pada penghujung acara, mereka berkolaborasi membuat cerita berbahasa Mandarin menggunakan kosa kata yang telah mereka pelajari.
Penggunaan platform ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas screen time anak-anak, sehingga mereka dapat terlibat secara aktif.
Sejak pandemi, anak-anak mengalami perubahan cara belajar dari offline menjadi online. “Menciptakan suasana belajar yang engage dan memotivasi anak merupakan tantangan besar bagi pendidik,” ujar Putu Andani, Psikolog Klinis Anak dari TigaGenerasi.
Menurut Putu, sejumlah studi menunjukkan bahwa salah satu cara efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan tingkat pemahaman anak ialah melalui gamifikasi. Sebagai contoh, game pada umumnya memberikan misi kepada para pemain untuk mencapai kenaikan level. Mekanisme ini akan memotivasi anak untuk meningkatkan skill mereka demi mencapai level tertentu.
“Serupa dengan itu, saya rasa akan sangat menarik apabila aktivitas belajar online bisa menawarkan pengalaman belajar sekaligus bersosialisasi. Terutama saat pandemi seperti sekarang, interaksi sosial kita sudah jauh menurun,” jelas Putu.
Dia juga mengingatkan pentingnya memilih aktivitas online dengan tepat agar waktu screen time anak bisa optimal.
Membatasi screen time bukan berarti sekadar membatasi waktu dan membebaskan konten. Justru karena ingin membatasi screen time, maka orang tua harus memilih aktivitas online yang menarik, memotivasi, dan melibatkan anak berperan aktif, bukan sekadar menjadi penonton konten secara pasif.
“Saya rasa, jika ada platform yang memungkinkan hal tersebut, orang tua bisa mencoba dan mengeksplorasi, lalu melihat dampaknya pada anak,” jelas Putu