JAKARTA, Cobisnis.com – Perayaan Tahun Baru di berbagai kota besar dunia kerap meninggalkan persoalan serius berupa lonjakan volume sampah. Dalam satu malam, produksi sampah bisa meningkat tajam dibanding hari biasa.
Keramaian massal menjadi faktor utama. Jutaan orang berkumpul di ruang publik untuk menyambut pergantian tahun, membawa makanan, minuman, dan perlengkapan pesta yang sebagian besar berakhir sebagai sampah.
Jenis sampah yang mendominasi adalah plastik sekali pakai. Botol minuman, gelas plastik, kemasan makanan, dan kantong belanja menjadi limbah paling banyak ditemukan usai perayaan.
Kembang api dan petasan turut menyumbang volume sampah signifikan. Selongsong, kertas pembungkus, dan residu bahan kimia tersebar di jalan, taman kota, hingga area wisata.
Lonjakan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Tidak seperti sampah harian yang tersebar sepanjang hari, sampah Tahun Baru menumpuk hanya dalam hitungan jam, membuat sistem kebersihan kota bekerja ekstra.
Euforia perayaan juga memengaruhi perilaku masyarakat. Banyak orang cenderung abai terhadap pengelolaan sampah, sementara kapasitas tempat sampah publik cepat penuh.
Dari sisi ekonomi, pemerintah kota harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengerahan petugas kebersihan, armada pengangkut, dan proses pembersihan pasca acara.
Beberapa kota besar bahkan mengerahkan ribuan petugas hanya untuk membersihkan sisa perayaan dalam semalam. Ini menunjukkan besarnya beban pengelolaan sampah musiman.
Masalah ini juga berdampak pada lingkungan. Sampah yang tidak tertangani dengan cepat berpotensi mencemari saluran air, ruang hijau, dan kualitas udara.
Fenomena ini menegaskan bahwa perayaan publik berskala besar membutuhkan perencanaan pengelolaan sampah yang matang agar dampak sosial dan lingkungan bisa ditekan.














