JAKARTA, Cobisnis.com – Tragedi penembakan di Bondi Beach, Sydney, Australia, Minggu (14/12/2025), menewaskan sedikitnya 15 orang. Pelaku diketahui sebagai ayah dan anak, Sajid Akram (50) dan Naveed Akram (24), yang sebelumnya memberitahu keluarga mereka bahwa mereka akan pergi memancing.
Sajid Akram tewas di lokasi setelah baku tembak dengan polisi, sementara Naveed ditangkap dalam kondisi luka tembak dan kini menjalani perawatan di rumah sakit dengan pengawasan ketat.
Polisi menemukan enam senjata api milik keluarga yang terdaftar secara legal. Regulasi senjata di Australia ketat sejak tragedi Port Arthur 1996, melarang senapan semi-otomatis dan mewajibkan proses pendaftaran yang diawasi ketat.
Naveed sebelumnya bekerja sebagai tukang batu, namun diberhentikan sekitar dua bulan lalu setelah perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Ia dikenal memiliki hobi memancing, berenang, menyelam, dan olahraga, menurut keterangan keluarganya.
Keluarga Akram tinggal di rumah tiga kamar di Sydney Barat bersama dua saudara Naveed. Menurut sang ibu, ia jarang bersosialisasi dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, bekerja, dan berolahraga.
Tragedi ini terjadi saat ribuan warga Yahudi sedang merayakan Hanukkah di Bondi Beach. Rentang usia korban tewas berkisar antara 10 hingga 87 tahun, sebagian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Insiden ini menimbulkan perhatian internasional karena menunjukkan bagaimana satu keluarga bisa menjadi pelaku kekerasan massal, menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan publik di lokasi wisata.
Polisi kini berjaga ketat di sekitar rumah keluarga Akram, dan warga dilarang mendekati lokasi. Pemerintah setempat menekankan perlunya kewaspadaan masyarakat dan penguatan regulasi keamanan publik.
Sebelum kejadian, Naveed sempat menelepon ibunya, mengatakan ia baru berenang dan akan makan, menunjukkan rutinitas normalnya sebelum tragedi terjadi. Sang ibu menyatakan tidak menyangka anaknya bisa terlibat aksi kekerasan.
Peristiwa ini menyoroti isu penting terkait keamanan publik, regulasi senjata, dan pengawasan terhadap senjata api, sekaligus menjadi peringatan bagi masyarakat dan otoritas di seluruh dunia mengenai potensi kekerasan dari individu yang tampak normal.














