Cobisnis.com – Keadaan yang tak bisa dihindarkan, selain mengancam kesehatan warga negara, pandemi Covid-19 juga mengancam segala sektor ekonomi industri di berbagai negara, salah satunya terjadi di Indonesia.
Sektor ekonomi Indonesia mulai mengalami gangguan pada kuartal I-2020, sehingga pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah, tidak dapat dipungkiri mulai melambat.
Salah satu imbas pandemi adalah sektor properti residensial di Indonesia. Merujuk pada tahun sebelumnya, laporan survei Harga Properti Residensial yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) mencatat, pada triwulan I 2019 meningkat sebesar 23,77% dibandingkan triwulan
sebelumnya (kuartal II 2018) yang turun 5,78% dan juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2018 yang hanya meningkat 10,55%.
Membaiknya penjualan properti residensial sendiri tidak lain karena meningkatnya penjualan rumah dengan tipe kecil maupun besar. Selain itu, stabilnya pertumbuhan hasil penjualan rumah tipe besar juga memengaruhi secara signifikan angka penjualan properti residensial.
Selain pertumbuhan properti residensial yang membaik pada tahun 2019, para developer perumahan yang memiliki dana internal perusahaan terbesar dalam komposisi pembiayaan utama
proyek perumahan, telah menargetkan millenials sebagai pasar utama dalam tujuan penjualan properti residensial.
Ini dilakukan tidak lain karena banyak yang beranggapan permasalahan millenials saat ini adalah belum mampu memiliki rumah sendiri, sehingga banyak developer yang bekerjasama dengan pihak bank melakukan promo yang menarik guna memikat para millenials, seperti memberikan KPR
Millenials.
Dengan berbagai macam program dan strategi yang terus diperbaharui developer perumahan maupun pembiayaan dari bank, diharapkan terus adanya pertumbuhan pada tahun 2020.
Namun pandemi berkata lain, tercatat penjualan rumah pada triwulan I-2020 terjun bebas menjadi minus 30,52%, walaupun memang pada triwulan sebelumnya (triwulan IV 2019) sudah turun sebanyak minus 16,33%.
Masih berdasarkan data BI, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2019) dengan periode yang sama (triwulan 1), penurunan sebanyak minus 43,19% menjadi pukulan telak yang dihadapi industri properti residensial.
Suku bunga KPR yang dirasa masih cukup tinggi menjadi faktor utama yang membuat pertumbuhan penjualan properti residensial masih terhambat. Faktor lain yang turut serta menghambat adalah perizinan dan birokrasi, kenaikan harga bahan bangunan, proporsi uang muka (down payment) yang tinggi dalam pengajuan KPR di perbankan, dan tentunya kondisi pandemi yang memperparah keadaan.
Penulis: Fadhil Muhammad, Public Relation Specialist