JAKARTA, Cobisnis.com – Waralaba film Harry Potter bukan hanya ikon budaya pop dunia, tapi juga contoh nyata bagaimana industri kreatif bisa menggerakkan ekonomi global. Delapan film Harry Potter tercatat menghabiskan biaya produksi sekitar USD 1,4 miliar atau setara Rp22 triliun, dan meningkat hingga Rp31 triliun jika termasuk promosi dan distribusi.
Angka itu menempatkan Harry Potter sebagai salah satu proyek film paling mahal sepanjang masa. Namun, investasi besar ini berbuah manis. Total pendapatan dari penjualan tiket global mencapai USD 7,7 miliar, setara Rp120 triliun, menghasilkan margin keuntungan yang luar biasa bagi Warner Bros.
Keberhasilan ini bukan hanya soal keuntungan studio. Dampak ekonominya terasa luas, terutama bagi sektor pariwisata, lapangan kerja, dan industri kreatif Inggris. Lokasi syuting seperti Leavesden Studios kini menjadi destinasi wisata film, menarik jutaan pengunjung setiap tahun.
Produksi berskala besar juga membuka peluang kerja bagi ribuan tenaga profesional di bidang efek visual, desain produksi, dan pemasaran. Industri film Inggris mencatat peningkatan investasi lebih dari 30 persen sejak perilisan Harry Potter and the Sorcerer’s Stone pada 2001.
Efek domino ini memperkuat posisi Inggris sebagai pusat perfilman dunia, bersaing dengan Hollywood. Bahkan, setelah waralaba utama berakhir, nilai ekonominya terus tumbuh lewat ekspansi ke taman hiburan, game, hingga merchandise resmi.
Film turunan seperti Fantastic Beasts dan game Hogwarts Legacy menjadi bukti bahwa merek Harry Potter masih menghasilkan miliaran dolar bagi Warner Bros dan industri hiburan global.
Para analis menyebut Harry Potter sebagai model bisnis berkelanjutan di sektor hiburan, di mana investasi besar di awal diganti dengan arus pendapatan jangka panjang dari berbagai lini bisnis.
Dari sisi branding, Harry Potter memperlihatkan bagaimana konten bisa berkembang jadi ekosistem ekonomi luas dari layar lebar, digital, hingga wisata. Strategi ini menjadi inspirasi banyak studio untuk mengembangkan waralaba serupa.
Dalam konteks ekonomi kreatif, kisah sukses Harry Potter menunjukkan bahwa industri hiburan bukan sekadar soal tontonan, tapi juga mesin ekonomi bernilai triliunan rupiah.













