JAKARTA, Cobisnis.com – Pandemi COVID-19 berdampak sangat signifikan pada seluruh sektor dalam perekonomian. Berbagai jenis usaha mengalami tekanan yang cukup kuat, tak terkecuali usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Usaha yang terhubung dengan ekosistem digital memiliki daya tahan yang lebih baik ditengah pandemi.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan digitalisasi terbukti membuat UMKM bertahan dan tumbuh di masa pandemi. Hal tersebut terlihat dari transaksi di e-commerce selama pandemi meningkat 54 persen atau lebih dari 3 juta transaksi per hari.
“Juga ada 37 persen pengguna jasa internet baru selama pandemi. Jadi tumbuh, ini data google tahun ini. Lalu 80 persen UMKM yang terhubung ke ekosistem digital memiliki daya tahan lebih baik ini hasil surveinya Bank Dunia. Jadi bagi kami digitalisasi UMKM itu menjadi sangat penting,” tuturnya dalam diskusi virtual, Selasa, 14 Desember.
Seperti diketahui, pemerintah terus mendorong UMKM untuk bertransformasi ke digital atau online. Saat ini, UMKM yang terintegrasi dengan pasar digital meningkat 105 persen menjadi 16,4 juta pelaku. Hal tersebut didorong dengan tingginya perdagangan online.
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan bahwa pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi UMKM. Dengan semakin banyaknya UMKM yang terintegrasi dengan pasar digital, maka sektor ini akan semakin cepat pulih.
“Tatanan normal baru saat ini di tengah pandemi mendorong pola perdagangan online semakin menggeliat. Saat ini sudah 16,4 juta atau naik 105 persen sejak pandemi UMKM yang sudah tergabung ke ekosistem digital,” tuturnya dalam acara Launching Etalase Digital Produk UMKM Ber-SNI, Selasa, 30 November.
Teten mengatakan dengan semakin banyaknya UMKM yang masuk ke pasar digital, maka akan memudahkan pemerintah untuk mendorong UMKM tersebut ke rantai pasok global. Sehingga diperlukan standarisasi produk dengan memberikan sertifikasi Standar Nasional Indonesia atau SNI.
“Karena itu untuk mendorong UMKM masuk ke dalam rantai pasok maka kami juga melaksanakan program-program. Nah ini penting SNI ada kaitan dengan program utama kita yaitu mendorong UMKM kita menjadi bagian dari pada rantai pasok industri,” ucapnya.
Teten mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan tahun 2018 menunjukkan bahwa tantangan besar UMKM terletak pada daya saing produk. UMKM Indonesia masih kalah dengan negara-negara seperti Singapura.
“Asean Indonesia berada di peringkat ke-4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Produk UMKM dapat berdaya saing global memerlukan pengembangan produk, perizinan usaha, standardisasi dan sertifikasi sehingga produk-produk UMKM mempunyai nilai jual tinggi,” tuturnya.
Seperti diketahui, sektor UMKM mendominasi 99,9 persen atau 65,4 juta dari pelaku usaha di Indonesia. Sektor ini juga berkontribusi 61 persen terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja hampir 97 persen.
“Pelaku UMKM memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan terutama pada saat pandemi serta bagian dari pada pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.