JAKARTA,Cobisnis.com – Menurut External Communication Staff PT Chandra Asri Pacifik Tbk ini, praktisi PR harus memiliki pedoman dalam menunaikan tugas-tugas komunikasi agar tidak selalu berusaha menyenangkan semua pihak.
JAKARTA, 14 Maret 2025 – Hal-hal besar yang dapat diberikan manusia dalam hidupnya bisa saja bermula dari alasan-alasan sederhana, sebagaimana dibuktikan Madania Fariha Shifa. Kontribusi yang telah ia berikan kepada PT Chandra Asri Pacific Tbk lewat peran sebagai External Communication Staff, berawal dari pikiran sederhana ketika memilih jurusan kuliah dulu.
Kepada PR INDONESIA, Kamis (13/3/2025), perempuan yang karib disapa Shifa itu mengaku, keputusan berkarier di dunia public relations (PR) ia ambil karena latar belakang pendidikannya memang soal bidang tersebut. Sementara pilihan berkuliah PR, diputuskannya karena merasa profesi yang bisa dilakoni kelak akan seru untuk diarungi. “Dulu sempat akan memilih Psikologi, tapi kemudian merasa Ilmu Komunikasi punya peluang karier yang seru,” ujar alumnus Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut.
Meski pada kenyataannya dunia komunikasi korporat tidak sesederhana bayangan ketika memulai kuliah, tetapi Shifa merasa betah dengan peran besar yang bisa ia bagi kepada perusahaan. “Dulu waktu masih polos, melihat orang yang bekerja di dunia komunikasi itu keren banget. Ternyata di balik itu ada perjuangannya, ada banyak hal yang harus dikerjakan untuk memastikan sebuah komunikasi itu berkontribusi kepada reputasi,” terangnya.
Salah satu hal yang mungkin dulu tidak terbayangkan oleh Shifa adalah betapa menantangnya tugas “membumikan” atau memperkenalkan proses bisnis dan inisiatif perusahaan sebagai pengolah biji plastik kepada publik. Namun, kata perempuan yang sedang menekuni olahraga tenis sebagai hobi, fokus kepada relevansi dan pemetaan audiens memungkinkan dirinya melewati tantangan tersebut. “Audiens yang kemudian menentukan apa yang akan dikomunikasikan, dan bagaimana strateginya,” ucapnya mantap.
Komunikasi itu Harus “Clear”
Mengutip Albert Einstein, perempuan kelahiran Jakarta ini meyakini bahwa pesan yang rumit hanya akan membuat komunikator terlihat tidak menguasai topik bahasan. Oleh karena itu, katanya, penting untuk menggunakan kelas bahasa sesuai audiens yang dituju.
Keyakinan akan hal itu diimplementasikan Shifa di dalam setiap kerja komunikasi. Terbukti, beberapa waktu lalu sulung dari tiga bersaudara itu berhasil menjadi salah satu Best Presenter untuk presentasinya dalam ajang Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025.
Meski dalam keseharian kerja dirinya bukan bertindak sebagai juru bicara, tetapi bagi Shifa kemampuan menyampaikan pesan secara jelas merupakan tanggung jawab setiap praktisi komunikasi. Untuk itu, penggemar karya fiksi ini mengaku selalu memposisikan dirinya sebagai audiens. “Juga memastikan diri paham tentang dinamika yang terjadi di tubuh organisasi,” lanjut Shifa yang meyakini bahwa setiap orang bisa memberikan dampak untuk sekitarnya.
Selaras dengan itu, menurut perempuan yang menyebut dirinya K-popers multi-fandom ini, seorang praktisi PR tidak bisa menjadi people pleaser. Dalam konteks berhubungan dengan media, contohnya, praktisi PR perlu punya batasan ketika merespons permintaan. “Seorang PR tidak harus selalu menyetujui semua permintaan yang masuk. Namun, hal itu harus disampaikan dengan baik agar hubungan dengan media tetap terjaga,” imbuhnya.
Dengan prinsip lebih baik kecewa karena berusaha, daripada kecewa karena tidak mencoba, ke depannya Shifa berharap dapat mewujudkan cita-cita sejak kecil yakni menjadi dosen. “Aku berharap bisa menularkan apa yang telah aku pelajari,” tutupnya.