Cobisnis.com – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong masyarakat kelas menengah dan atas tak lagi menahan konsumsinya, harus mulai aktif membelanjakan uangnya ke berbagai sektor kebutuhan rumah tangga.
Sehingga bisa berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang saat ini masih tertahan akibat kalangan menengah dan atas menahan konsumsinya.
Hal ini terlihat dari besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan.
“Kalangan menengah dan atas tidak belanja bukan karena tidak ada uang, karena berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per November 2020 realisasi dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 7,4 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp 2.713,7 triliun. Bahkan di BNI, pada akhir tahun 2020, DPK tumbuh 10,6 persen YoY menjadi sebesar Rp 679,5 triliun,” ujar Bamsoet usai menerima Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI), Royke Tumilaar, di Jakarta, Rabu (17 Februari 21).
Bamsoet menjelaskan, kalangan menengah dan atas cenderung menahan konsumsi karena mobilitas yang terbatas akibat pandemi Covid-19.
Untuk mengatasinya, selain menunggu program vaksinasi Covid-19 selesai menyasar seluruh kalangan masyarakat, kalangan menengah dan atas bisa membelanjakan uangnya secara daring melalui berbagai marketplace.
“Konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang tertinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yakni mencapai 57,6 persen. Selanjutnya PMTB (investasi) sebesar 31,6 persen,” ujarnya.
“Untuk membantu konsumsi masyarakat menengah ke bawah, pemerintah telah menggulirkan banyak program jaringan keamanan sosial. Sementara untuk kelas menengah dan atas, salah satu cara yang dilakukan pemerintah dengan penurunan tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM),” jelasnya.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga mendukung inisiatif BNI melakukan transformasi sebagai upaya akselerasi peningkatan kinerja keuangan secara berkelanjutan, terlebih dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Yakni dengan berbasiskan value BNI RACE, yaitu Risk Culture, Agile, Collaboration, dan Execution Oriented.
Berbagai strategi mendorong kinerja telah disiapkan oleh manajemen BNI. Antara lain dengan meningkatkan kualitas kredit melalui perbaikan manajemen risiko dengan melakukan transformasi end to end proses bisnis, peningkatan SDM perkreditan dan optimalisasi remedial recover.
“BNI optimis, di tahun 2021 ini kredit akan tumbuh di kisaran 6 persen, sementara dari sisi rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) diupayakan terjaga pada kisaran 3,7 persen. Menjaga kualitas kredit akan menjadi prioritas utama BNI, NPL rasio akan membaik seiring dengan perbaikan ekonomi nasional,” ujar Bamsoet.