JAKARTA, Cobisnis.com – PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) memberikan klarifikasi terkait rendahnya jumlah penumpang pada awal tahun 2024 untuk kereta cepat Jakarta-Bandung, atau Whoosh.
Menurut Direktur Utama KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, penurunan ini merupakan hal yang lumrah karena saat ini masuk dalam periode sepi penumpang atau low season.
Jumlah penumpang saat ini tidak dapat dibandingkan dengan periode ramai penumpang pada Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Dwiyana menyatakan, “Bulan Januari ya pasti ada sedikit turun, kan sejak Desember naik terus kan. Nataru 21.000 penumpang per hari, sekarang 16.000, 14.000, 15.000 penumpang ya wajar (bukan peak season).” Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa tingkat keterisian penumpang Whoosh tetap di atas 50 persen, bahkan saat memasuki periode low season.
KCIC berusaha menjaga tingkat okupansi Whoosh tetap tinggi, salah satunya dengan menerapkan tarif dinamis (dynamic pricing), di mana harga tiket ditentukan berdasarkan permintaan. “Kalau jam-jam lower itu menurut saya wajar kan ada yang okupansinya 50 persen. Makanya kita akan terapkan yang namanya dynamic pricing,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dwiyana menjelaskan bahwa dengan dynamic pricing, harga tiket kereta cepat akan lebih tinggi pada jam-jam ramai penumpang (peak hours) dan lebih murah pada jam-jam sepi penumpang (low hours). Skema tarif dynamic pricing masih dalam proses penyusunan dan akan segera diterapkan.
Eva Chairunisa, GM Corporate Secretary KCIC, menambahkan bahwa jumlah penumpang Whoosh stabil sejak awal dioperasikan, dengan okupansi rata-rata 60-70 persen pada hari biasa dan dapat mencapai 80 persen saat akhir pekan. KCIC tetap memantau perkembangan penumpang dan siap untuk menambah jumlah kereta api yang dioperasikan jika diperlukan, dengan total sekitar 1.350.000 penumpang telah diangkut sejak beroperasi pada 17 Oktober 2023.