JAKARTA, COBISNIS.COM – Beberapa waktu lalu, media sosial instagram heboh karena membahas kekurangan sertifikat elektronik pada tanah dan bangunan.
Menurut host di akun instagram @ichwanwarsito, sertifikat elektronik mudah hilang hingga ketika penguasa ingin menggusur warga tinggal menghilangkan data sertifikat elektroniknya. “Tinggal delete, hilang sertifikatnya,” ungkapnya.
Selain itu, sertifikat ini juga adalah alat bagi pengembang dan para mafia tanah untuk mengambil hak masyarakat.
Benarkah? Berikut pembahasan lengkapnya.
Sertifikat tanah elektronik adalah dokumen digital yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) di Indonesia sebagai pengganti sertifikat tanah dalam bentuk fisik. Meski berbeda dalam format, sertifikat ini memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai bukti kepemilikan tanah yang sah dan terdaftar dalam sistem elektronik yang dikelola oleh BPN.
Sertifikat Tanah Elektronik: Inovasi dalam Administrasi Pertanahan
Sebagai bagian dari inovasi digital dalam administrasi pertanahan, sertifikat tanah elektronik hadir untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan transparansi dalam pengelolaan hak kepemilikan tanah. Dengan sistem ini, proses pencatatan dan verifikasi kepemilikan tanah menjadi lebih mudah dan cepat.
Contoh Sertifikat Tanah Elektronik
Karena berbentuk digital, tampilan sertifikat tanah elektronik hanya dapat diakses melalui portal resmi BPN atau dengan menggunakan akun pribadi pemilik tanah. Sertifikat ini mencantumkan informasi penting seperti:
Nama pemilik
Luas tanah
Lokasi tanah
Nomor sertifikat
QR code untuk verifikasi keaslian
Kelebihan dan Kekurangan Sertifikat Tanah Elektronik
Kelebihan
Keamanan Lebih Tinggi
Dengan enkripsi digital dan tanda tangan elektronik, sertifikat tanah elektronik lebih sulit untuk dipalsukan atau dimanipulasi. QR code yang disertakan juga mempermudah proses verifikasi.
Mengurangi Risiko Kehilangan atau Kerusakan
Karena tersimpan dalam bentuk digital, sertifikat ini tidak rentan terhadap kehilangan, kebakaran, atau kerusakan fisik seperti sertifikat kertas.
Akses yang Lebih Mudah
Pemilik tanah dapat mengakses sertifikat mereka kapan saja dan di mana saja melalui portal atau aplikasi resmi BPN, sehingga memudahkan dalam transaksi, termasuk untuk perbankan dan keperluan notaris.
Proses Administrasi Lebih Efisien
Pengurusan sertifikat tanah menjadi lebih cepat karena semua data sudah terintegrasi secara digital, mengurangi prosedur birokrasi yang selama ini memakan waktu.
Kekurangan
Ketergantungan pada Teknologi
Sistem ini memerlukan infrastruktur teknologi yang andal. Jika terjadi gangguan sistem, seperti server yang tidak dapat diakses atau peretasan, pemilik tanah bisa mengalami kendala dalam mengakses sertifikatnya.
Keterbatasan Akses bagi Masyarakat
Tidak semua masyarakat memiliki akses ke perangkat digital atau memahami cara menggunakan sistem elektronik, terutama di daerah terpencil.
Risiko Keamanan Siber
Meski lebih aman dari pemalsuan fisik, ancaman serangan siber tetap ada. Oleh karena itu, perlindungan data dan sistem yang kuat harus selalu diperbarui.
Penyesuaian Regulasi
Implementasi sertifikat tanah elektronik memerlukan penyesuaian kebijakan dan regulasi, baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini bisa menimbulkan tantangan dalam masa transisi bagi masyarakat yang terbiasa dengan sistem manual.