JAKARTA,Cobisnis.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax berpeluang turun.
Akan tetapi dengan catatan harga minyak mentah dunia pun turun menjadi 75 dolar AS per barel.
Hal ini karena harga Pertamax ditentukan dengan mekanisme harga minyak mentah dunia.
“Pertalite, Solar, dan Pertamax masih dalam subsidi. Jika minyak mentah dunia yang saat ini sebesar 95 dolar AS per barel turun menjadi 75 dolar AS per barel maka akan diikuti dengan harga jual Pertamax kepada masyarakat,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, 8 September.
Menurut Erick, apabila harga minyak dunia turun, maka Pertamax pun akan mengikuti mekanisme tersebut dengan menurunkan harga jual kepada masyarakat.
“Kalau nanti harga minyak dunia turun, Pertamax bisa saja turun, tapi apakah Solar dan Pertalite itu nanti harga pasar, tidak bisa karena itu subsidi,” ucap Erick.
Erick mengatakan, apa yang dilakukan pemerintah saat ini dengan menaikkan harga Pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter merupakan upaya untuk mengalihkan subsidi agar lebih tepat sasaran.
Selama ini, sambung Erick, meski sebagai BBM nonsubsidi, Pertamina tetap memberikan subsidi untuk Pertamax.
Erick mengatakan, harga Pertamax sejatinya masih berada di bawah harga keekonomian maupun harga yang ditawarkan kompetitor.
“Karena yang selalu diingatkan, yang kita, pemerintah lakukan hari ini bukan kenaikan harga, tapi pengurangan subsidi,” jelasnya.
Di sisi lain, Erick menilai, perbandingan harga BBM antarnegara tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja.
Kata Erick, status sebagai negara produsen BBM tentu akan berbeda dengan negara yang hanya mengimpor BBM dalam penentuan harga jual kepada masyarakat.
“Nah ini kadang-kadang persepsi dari masyarakat dibanding-bandingkan, kenapa negara ini lebih murah, karena masih menghasilkan, mayoritas gitu, kalau kita sudah impor,” ujarnya.