JAKARTA, Cobisnis.com – Emas sejak lama dianggap sebagai aset lindung nilai atau safe haven ketika krisis melanda. Dalam berbagai situasi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, emas kerap menjadi pilihan investor untuk menjaga kekayaan dari risiko penurunan aset lain.
Keunggulan emas terletak pada sifatnya yang tidak bergantung pada kinerja perusahaan atau utang negara. Nilainya didasarkan pada kelangkaan dan penerimaan global, sehingga mampu bertahan ketika saham maupun obligasi tertekan.
Data historis menunjukkan peran emas semakin jelas saat krisis. Pada 2008, ketika krisis finansial mengguncang dunia, harga emas melonjak dari sekitar USD 800 per ons menjadi lebih dari USD 1.200 pada 2010. Lonjakan ini menandakan kepercayaan investor terhadap emas sebagai aset aman.
Fenomena serupa terjadi saat pandemi COVID-19 pada 2020. Ketika pasar saham anjlok, harga emas justru menembus rekor di atas USD 2.000 per ons. Hal ini menegaskan bahwa emas masih relevan sebagai aset pelindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Namun, emas tidak selalu memberikan keuntungan berkelanjutan. Periode 2011 hingga 2018 mencatat harga emas cenderung stagnan bahkan turun. Hal ini menunjukkan emas tidak selalu ideal untuk investasi jangka panjang tanpa diversifikasi aset lain.
Selain itu, emas tidak menghasilkan imbal hasil rutin seperti dividen saham atau bunga obligasi. Investor yang hanya menyimpan emas mungkin harus menanggung biaya penyimpanan atau risiko fluktuasi harga jangka pendek.
Faktor lain yang memengaruhi harga emas adalah kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Saat suku bunga naik, obligasi menjadi lebih menarik dan emas bisa tertekan. Sebaliknya, penurunan suku bunga cenderung mendorong kenaikan harga emas.
Nilai dolar AS juga berhubungan erat dengan harga emas. Saat dolar melemah, harga emas cenderung naik karena menjadi lebih murah bagi investor luar negeri. Begitu pula ketika terjadi gejolak geopolitik, permintaan emas biasanya melonjak.
Dengan berbagai karakteristik tersebut, emas tetap penting dalam portofolio investasi. Fungsinya bukan sebagai aset tunggal, melainkan sebagai diversifikasi yang dapat mengurangi risiko kerugian di masa krisis.
Secara keseluruhan, emas memang terbukti menjadi aset yang relatif aman saat terjadi guncangan global. Namun, investor perlu memahami bahwa emas lebih tepat digunakan sebagai pelengkap strategi investasi jangka panjang, bukan satu-satunya pilihan.














