JAKARTA, Cobisnis.com – Meski sudah tak lagi duduk di Gedung Putih, pengaruh Donald Trump terhadap arah ekonomi dunia masih terasa kuat. Dunia bisnis dan keuangan global menaruh perhatian besar terhadap setiap langkah politik dan kebijakan yang terkait dengannya.
Trump dikenal lewat kebijakan proteksionis bertajuk America First yang mengubah peta perdagangan global. Ketika perang dagang AS–China memanas di era kepemimpinannya, rantai pasok dunia terguncang dan banyak negara terdorong mengurangi ketergantungan pada dua raksasa ekonomi tersebut.
Efeknya masih terasa hingga kini. Beberapa industri besar mulai memindahkan pabrik ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Thailand. Tren deglobalisasi ini membuat negara berkembang punya peluang baru, tapi juga tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Di pasar keuangan, kebijakan Trump yang penuh kejutan sering bikin pelaku pasar ketar-ketir. Pernyataannya soal tarif impor, suku bunga, hingga hubungan dengan China kerap memicu lonjakan harga saham, emas, dan dolar.
Pemotongan pajak besar-besaran untuk korporasi di era Trump sempat memicu lonjakan pasar saham AS, tapi di sisi lain memperlebar defisit anggaran negara. Kondisi ini membuat ekonomi global bergerak lebih cepat, namun juga rapuh terhadap guncangan eksternal.
Di sektor energi, Trump mendorong produksi minyak dan gas domestik hingga membuat harga minyak global sempat anjlok karena kelebihan suplai. Namun, langkahnya menarik AS dari Perjanjian Paris memperlambat upaya global menuju transisi energi hijau.
Bagi negara berkembang, kebijakan Trump ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ada peluang investasi baru karena relokasi industri dari China. Tapi di sisi lain, ketidakpastian global membuat investor menahan diri dan pasar modal lebih fluktuatif.
Menariknya, wacana kembalinya Trump ke Gedung Putih pada 2025 kembali menghidupkan ketegangan pasar. Banyak analis memperkirakan perang dagang bisa terulang, tarif impor naik, dan tensi ekonomi antarnegara meningkat tajam.
Beberapa pelaku pasar memprediksi, jika Trump kembali berkuasa, kebijakan longgar terhadap pajak dan deregulasi bisa mendorong pertumbuhan cepat di dalam negeri AS. Namun, dampaknya ke negara lain belum tentu positif, apalagi untuk sektor ekspor dan komoditas.
Pada akhirnya, pengaruh Trump menunjukkan betapa kuatnya satu figur politik dalam menggoyang keseimbangan ekonomi global. Dunia kini belajar lebih hati-hati, menyiapkan strategi agar tak mudah goyah oleh perubahan kebijakan dari Washington.














