JAKARTA, Cobisnis.com – PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) mencatatkan kinerja positif dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Bank yang fokus melayani segmen ultra mikro ini mampu menjaga performanya di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
Hingga kuartal III-2022, BTPN Syariah mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp1,33 triliun atau naik 21% year on year (yoy). Pertumbuhan laba ini sejalan dengan fungsi intermediasi bank yang berjalan dengan baik dan efisien.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan, pertumbuhan pembiayaan BTPN Syariah didorong oleh kondisi ekonomi yang membaik pasca krisis akibat pandemi. Namun demikian, pihaknya tidak ingin terlalu agresif menggenjot pembiayaan untuk menjaga kualitasnya tetap baik.
“Karena kita tahu ekonomi di bawah ini baru recovery jadi kita ingin hati-hati biar performance kita juga terjaga dengan baik,” ungkap Fahmi di Jakarta, dikutip 21 Oktober 2022.
Bank yang dipimpin oleh Hadi Wibowo selaku direktur utama ini mencatatkan pembiayaan Rp11,35 triliun atau tumbuh 11% (yoy). Pertumbuhan pembiayaan ini disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap sehat tercermin dari Non Performing Financing (NPF) gross di posisi 2,4% atau di bawah ketentuan regulator.
Adapun, dana pihak ketiga (DPK) dijaga di level yang efisien pada Rp11,87 triliun tumbuh 12% (yoy). Kendati DPK tumbuh namun biaya dana atau cost of fund tetap terjaga karena dana murah yan tumbuh 13%. Selain itu, bank juga sangat efisien dengan rasio beban operasional/pendapatan operasional (BO/PO) di posisi 57,4%.
Sementara dari sisi total aset bank membukukan Rp20,57 triliun, tumbuh 16% (yoy). Bank juga tercatat masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di level 50,4%, jauh di atas ketentuan dan rata-rata industri bank syariah yang 23%.
“Secara overall kita merasa bangga bahwa pertumbuhan kita ini cukup baik mengingat segmen yang kita layani dalam dua tahun terakhir ini tertekan oleh kondisi pandemi,” ungkapnya.
Dia pun meyakini bahwa segmen ultra mikro yang menjadi pasar utama BTPN Syariah cukup tangguh dengan situasi krisis yang dihasilkan dari kebijakan ekonomi makro. Hal ini setidaknya sudah dibuktikan pada krisis 1998 dan 2008 lalu. Dalam analisis perseroan, satu-satunya dampak yang banyak dirasakan segmen ultra mikro yakni krisis karena bencana alam. “Kita optimistis tahun 2023, pertumbuhan pembiayaan kita jauh lebih baik dibandingkan tahun 2022 ini. Tapi arahan pemerintah juga harus diikuti, yaitu harus lebih hati-hati. Kita sudah siapkan cadangan yang tinggi, sehingga tidak jadi masalah untuk jaga-jaga di tahun depan,” ujar Fachmy.