JAKARTA, Cobisnis.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2024 sebesar 0,52 persen secara bulanan atau month to month (mtm).
Sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi sebesar 3,05 persen.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan terjadinya inflasi pada Ramadan karena didorong oleh seluruh komponen, terutama komponen harga bergejolak.
“Inflasi Maret 2024 tentunya bertepatan dengan momen Ramadan dan mengalami peningkatan inflasi dibandingkan dengan Februari 2024,” katanya dalam konferensi pers, Senin, 1 April 2024.
Amalia menyampaikan jika dibandingkan pada Ramadan 2023, inflasi pada Ramadan tahun ini relatif lebih tinggi yaitu sebesar 0,52 persen, tetapi jika dibandingkan pada inflasi pada Ramadan 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi Ramadan tahun ini.
Amalia menjelaska,n komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,16 persen (mom) dengan andil inflasi terbesar yakni 0,36 persen dan komoditas penyebab utama inflasi Ramadan tahun ini didominasi oleh komoditas pangan yang bergejolak.
Seperti telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit dan bawang putih, dan bawang merah.
“Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Maret 2024 yaitu cabai merah, tomat dan tarif angkutan udara,” jelasnya.
Menurut Amalia, pada momen Ramadan dan lebaran 2022 dan 2023, kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan andil inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau serta transportasi.
Namun, inflasi tahun ini berbeda dengan kondisi historis tersebut, pada periode Ramadan tahun ini kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi selain makanan minuman dan tembakau, yang terbesar kedua adalah perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04 persen.
“Sementara itu kelompok transportasi memberikan andil inflasi yang lebih rendah yaitu sebesar 0,01 persen pada Maret 2024. Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang pada bulan Ramadan tahun ini ternyata mengalami deflasi sebesar 0,97 persen,” tuturnya.
Amalia menyampaikan jika dirinci terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan satu provinsi lainnya stabil.