JAKARTA, Cobisnis.com – Seorang jurnalis yang juga anggota Tim Nasional Inggris ITF Taekwon-Do membagikan pengalamannya mengikuti Kejuaraan Dunia 2025 sebuah perjalanan penuh tekanan mental, pengorbanan fisik, dan kejutan besar yang membawanya meraih medali. Meski hampir dua dekade lebih tua dari banyak lawannya, ia terus membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk berkompetisi di level tertinggi.
Selama lima tahun menjadi bagian dari tim nasional, ia kerap merasa tak terlihat dan menganggap dirinya “terlalu tua,” namun para pelatih melihat potensi dan memberinya kesempatan. Sejak itu, ia konsisten mempertahankan posisinya, memenangkan berbagai kompetisi nasional dan internasional, serta meraih medali di Kejuaraan Eropa. Namun tekanan tidak pernah hilang setiap memasuki arena, rasa takut tersingkir selalu menghantui.
Menjelang kejuaraan dunia di Kroasia, persiapan semakin berat. Undian pertandingan membuatnya harus melawan atlet Polandia yang reputasinya sangat kuat, disusul juara Eropa dan dunia dari Jerman. Di tengah cedera, tuntutan pekerjaan, dan proses weight cut yang ekstrem hingga harus bertahan dengan makanan sangat minim, mentalnya berada di titik terendah.
Di hari pertandingan, ia tersingkir cepat di disiplin patterns, membuatnya meragukan diri sendiri. Namun sesi latihan kecil bersama rekan setim kembali menyalakan kepercayaan diri. Dalam disiplin sparring, ia berhasil memenangkan pertandingan pertama melawan Polandia melalui perpanjangan ronde. Keajaiban berlanjut: ia menumbangkan atlet Jerman yang sebelumnya dianggap mustahil dikalahkan.
Kemenangan itu membuat publik termasuk tim lawan terkejut. Lanjut menghadapi Irlandia, ia kembali menang 4-0 dan memastikan diri masuk empat besar dunia, meraih medali perunggu yang tidak pernah ia bayangkan mengingat undiannya yang berat. Meski kalah dari atlet Ukraina yang akhirnya menjadi juara dunia, pencapaiannya dianggap luar biasa.
Ia merenungkan semua pengorbanan: waktu berharga bersama teman, liburan yang hilang, dan tekanan saat performa tidak sesuai harapan. Namun taekwon-do juga memberinya komunitas, persahabatan lintas budaya, dan satu keyakinan: kerja keras selalu memberi hasil. Ketika ditanya apakah ia akan pensiun, pikirannya hanya menjawab satu hal “Bagaimana mungkin pensiun dari sebuah hobi?”














