JAKARTA, Cobisnis.com – Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), menyangkal klaim tentang kelangkaan dan kenaikan harga beras yang diduga terjadi karena Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan situasi ini adalah penipisan pasokan beras saat ini, dengan kebutuhan beras yang defisit sebanyak 2,4 juta ton pada bulan Februari 2024, seperti yang dijelaskannya kepada Kontan.co.id pada Senin (12/2).
Langkah-langkah untuk mengatasi hal ini termasuk percepatan impor yang telah ditugaskan kepada Bulog, yang tahun ini diberi tugas untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton. Selain itu, pemerintah juga terus memasok beras Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) dari Bulog ke pasar tradisional dan modern.
Pendistribusian sebanyak 200.000 ton beras komersial Bulog ke pasar juga sedang dilakukan untuk memastikan ketersediaan pasokan. Di antaranya, 50.000 ton akan diserahkan ke Food Station atas permintaan Gubernur DKI Jakarta dengan BUMD Pangannya, seperti yang dijelaskan oleh Arief.
Sebelumnya, keluhan tentang kelangkaan dan harga tinggi beras telah diajukan oleh Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo). Menurut Aprindo, peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kg. Dengan berbagai perayaan seperti Pemilu, Ramadan, dan Lebaran di depan mata, permintaan diprediksi akan meningkat.
Faktor ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan menjadi penyebab utama kenaikan harga beras di pasar. Oleh karena itu, Aprindo juga mengajukan permintaan kepada pemerintah untuk menyesuaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras.
Berdasarkan panel harga Bapanas pada Senin (11/2), harga beras telah melampaui HET. Harga beras premium mencapai Rp 15.860/kg, sementara HET-nya berkisar antara Rp 12.900 hingga Rp 14.800/kg. Harga beras medium mencapai Rp 13.860/kg, melebihi HET-nya yang hanya berkisar antara Rp 10.900 hingga Rp 11.800/kg.