JAKARTA, Cobisnis.com – Tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia semakin terasa di 2025. Sejak awal tahun, investor nonresiden tercatat melakukan aksi jual neto besar-besaran di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
Di pasar saham, nilai jual bersih asing mencapai Rp 51,34 triliun. Angka ini menunjukkan minat asing terhadap ekuitas domestik melemah, seiring meningkatnya ketidakpastian global dan tekanan dari kebijakan moneter negara maju.
Sementara itu, pasar SBN mencatat aliran modal keluar yang jauh lebih besar. Nonresiden melepas kepemilikannya hingga Rp 128,85 triliun, menandakan investor global masih berhati-hati menaruh dana di instrumen utang pemerintah Indonesia.
Kondisi ini menambah volatilitas di pasar keuangan nasional. Penarikan dana asing dalam jumlah besar berpotensi menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekaligus mendorong yield SBN naik karena harga obligasi turun.
Naiknya yield SBN berarti biaya pembiayaan utang pemerintah akan lebih tinggi. Hal ini dapat menambah beban fiskal, terutama di tengah kebutuhan belanja negara yang meningkat untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Tekanan modal keluar juga memberi dampak pada nilai tukar rupiah. Permintaan dolar yang tinggi dari investor asing meningkatkan potensi pelemahan rupiah, yang bisa berimbas pada kenaikan harga barang impor.
Bank Indonesia terus memantau kondisi pasar dengan langkah stabilisasi. Intervensi di pasar valas dan pengelolaan likuiditas menjadi instrumen utama untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah derasnya arus keluar modal asing.
Meski demikian, fundamental ekonomi domestik masih memberi harapan. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 tercatat 5,12% secara tahunan, didorong konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor yang tetap solid.
Namun, risiko eksternal masih membayangi. Suku bunga tinggi Amerika Serikat, ketidakpastian perdagangan global, dan gejolak geopolitik menjadi alasan utama investor global memilih mengurangi eksposur pada aset di pasar negara berkembang.
Ke depan, Indonesia perlu memperkuat strategi menjaga daya tarik investasi. Kepastian regulasi, stabilitas makroekonomi, serta inovasi di sektor keuangan akan menjadi kunci untuk mengimbangi derasnya arus keluar modal asing.














